Puisi: Lesung (Karya Kinanthi Anggraini)

Puisi "Lesung" karya Kinanthi Anggraini adalah ekspresi perasaan yang dalam terhadap sebuah lesung, alat tradisional untuk menggiling beras ....
Lesung
(: Farah Maulida)

Menyemai waktu
kala itu kau masih menimang dedak dan lagu
berjaga antara pagi dan senja
menjejak bekas debu bertabur senyum dan doa

Tak ada yang lebih kukenal darimu, Alu
tumbukan demi tumbukan di sela jalannya umurku
mengenal sejak dalam rahim nangka umur sewindu
mencipta kilau beras untuk ribuan tungku 

Kerap kali hentakan itu mendarat di tubuhku
karena begitulah cara kita bertemu 
sekalipun selalu diartikan sebagai pedih dan pilu 
namun bagiku itulah tulus penjagaanmu

Menyaksikan bulir-bulir beras beriringan diangkat
di dalam celah lalu diobori dengan panas yang hebat
seperti langit biru telah berubah menjadi kelabu
pertanda malam menahan hentakan satu demi satu 
dan selalu kusembunyikan butiran air bernama sendu
agar kau tahu; satu adalah segalanya bagiku

Ketika dahan mulai melepaskan ikat
kala itulah serat kayu mulai tak merekat 
bersebab pukulan yang kerap kali mendarat 
oleh usia dan tenaga yang teramat dahsyat
namun tak sekalipun keyakinanku sekarat 
sekalipun kau harus diangkat, dari lengan yang teramat kuat

Lihatlah lubang ini yang bertahun-tahun terbelenggu
tanda keyakinan yang tak pernah sekalipun ragu
oleh kain usang dan tali tambang berwarna biru 
bertali simpul, berlingkar tiga kali di perutku
agar tak lekas harapanku merebah 
sekalipun ragaku musnah.

Desember, 2013

Sumber: Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Lesung" karya Kinanthi Anggraini adalah ekspresi perasaan yang dalam terhadap sebuah lesung, alat tradisional untuk menggiling beras. Puisi ini mencerminkan makna simbolis dan penuh dengan nuansa emosi yang mendalam. Lesung di sini bukan hanya sekadar alat rumah tangga, melainkan juga menjadi simbol pengorbanan dan keteguhan hati seseorang dalam hidup.

Penggunaan Lesung sebagai Simbol: Penyair menggunakan lesung sebagai simbol yang penuh makna. Lesung menggambarkan perjalanan hidup dan ikatan emosional antara manusia dan alat tersebut. Melalui lesung, penyair menyampaikan pesan tentang ketabahan dan pengorbanan yang melekat dalam kehidupan.

Hubungan dengan Pengalaman Pribadi: Puisi ini menyiratkan hubungan yang sangat personal dengan lesung, mungkin karena lesung tersebut menjadi bagian penting dari kehidupan penyair. Lesung digambarkan sebagai penjaga setia yang senantiasa hadir dalam perjalanan hidup.

Ketabahan dan Pengorbanan: Melalui penggunaan lesung sebagai metafora, puisi ini menggambarkan ketabahan dan pengorbanan yang harus dihadapi dalam menjalani hidup. Meskipun perjuangan itu kadang menyakitkan dan membuat air mata mengalir (dikatakan sebagai butiran air bernama sendu), tetapi tetap teguh dalam keyakinan dan harapan.

Simbolisme Butiran Air: Air mata disimbolkan sebagai butiran air bernama sendu, menunjukkan bahwa penyair menyembunyikan rasa sakit dan kesedihannya di balik kekuatan dan tekadnya. Meskipun terkadang lesung mengenai tubuhnya, penyair mengartikan pukulan itu sebagai tulusnya penjagaan dari lesung.

Ketahanan dan Kekuatan: Puisi ini juga menunjukkan bahwa meskipun lesung berusia lama dan mengalami keausan (dikatakan sebagai seluruh kain usang dan tali tambang), kekuatannya dalam menggiling beras tetap tak tergoyahkan. Ini mencerminkan ketahanan, kekuatan, dan keteguhan hati penyair dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan dalam hidupnya.

Puisi "Lesung" karya Kinanthi Anggraini merupakan puisi yang penuh dengan simbolisme dan emosi yang mendalam. Lesung dalam puisi ini bukan sekadar sebuah alat, melainkan menjadi perwujudan pengorbanan, ketabahan, dan keteguhan hati seseorang dalam menghadapi perjalanan hidup yang berliku. Penyair menggunakan lesung untuk menyampaikan pesan tentang arti kehidupan, ketahanan, dan makna simbolis yang tersembunyi di balik alat tradisional tersebut.

Kinanthi Anggraini
Puisi: Lesung
Karya: Kinanthi Anggraini

Biodata Kinanthi Anggraini:
    Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.

    Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.

    Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.

    Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.