Puisi: Catatan Anak Perang (Karya Diah Hadaning)

Puisi: Catatan Anak Perang Karya: Diah Hadaning
Catatan Anak Perang (1)


Awan hitam mengapung
di udara malam
kota awal mula peradaban
taman dan jalanan tempat berlarian
makin hari penuh lubang
rincing rebana dan deru pesawat
apa bedanya - ya bapa
seru tangis dan raung sirene
apa bedanya - ya bapa
setiap fajar bangkit
debu Baghdad mengapung di sungai Eufrate
setumpuk giris berlapis-lapis
hanyut perlahan di sungai Tigris
mimpiku tentang Karbala dan Basra
terhapus angka-angka trauma
semua terus berlangsung
semua terus berkabung
tapi aku harus gantikan kakak lelakiku
karena tanah ini denyut jantungku.


Catatan Anak Perang (2)


Ada yang mengalir di sungai musim
harapan-harapan anak perang

Ada yang melantun di udara malam
doa-doa anak perang

Ada yang menyentuhi detik waktu
mimpi-mimpi anak perang

Ada yang tak bisa dilakukan
melepas merpati terbang

Ada yang lama dirindukan
berzikir, barzanji dengan tenang

Ada yang harus ditinggalkan
menari berkejaran di jalanan

Ada yang membubung ke rumah Tuhan
nyawa-nyawa anak perang.


Catatan Anak Perang (3)


Masih adakah yang tersisa
di antara puing Amriya
kulihat hanya tulang yang kenangan
langit pun keriput wahai
karena hujan telah habis jadi tangis
karena suara begitu galau muncul hilang
seharusnya kau tak pergi
selama bapa ke selatan belum kembali

Masih adakah yang tersisa
di antara puing Amriya
kulihat hanya darah yang mosaik
menjadi simbol-simbol keangkuhan perang
seharusnya kau bersamaku hari ini
menyusuri lorong-lorong kota
mengumpul warta bagi yang tua
sambil melompat-lompat
di celah reruntuhan gedung
membiarkan otak kita penuh fatamorgana
tentang kota raya bermahkota
kaukah itu di antara kerumun pengungsi
bayangmu pun tak kukenali.


Catatan Anak Perang (4)


Di antara serpih tulang
ada kenangan panjang
di antara kerak darah
ada keangkuhan menjarah
di antara bau mesiu
ada cinta ibuku
terkubur jadi satu

Barangkali akan jadi penyubur
tanah negriku yang kini hancur
barangkali kelak di sini
tumbuh pohon paling tinggi
tumbuh bunga paling wangi
lambang-lambang kehidupan masa depan
tapi aku lebih ingin
ibu dan kakak lelaki ada di sini 
lewati hari-hari sederhana
'nyusuri lorong kota raya
dalam angan tiada bara.


Jakarta, 1991/1996

"Puisi: Catatan Anak Perang (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Catatan Anak Perang
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.