Puisi: Kebun Hujan (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Kebun Hujan" menciptakan lukisan kata-kata yang menawan tentang kehidupan dan keindahan hujan. Melalui metafora dan imajinasi yang kaya, ....
Kebun Hujan (1)

Hujan tumbuh sepanjang malam,
tumbuh subur di halaman.

Aku terbangun dari rerimbunan ranjang,
menyaksikan angin dan dingin hujan
bercinta-cintaan di bawah rerindang hujan.

Subuh hari kulihat bunga-bunga hujan
dan daun-daun hujan
berguguran di kebun hujan,
bertaburan jadi sampah hujan.

Kebun Hujan (2)

Kudengar anak-anak hujan
bernyanyi riang di taman hujan
dan ibu hujan menyaksikannya
dari balik tirai hujan.

Pagi hari kulihat jasad-jasad hujan
berserakan di kebun hujan.

Air mataku berkilauan
di bangkai-bangkai hujan
dan matahari menguburkan
mayat-mayat hujan.

2001

Sumber: Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Kebun Hujan" karya Joko Pinurbo adalah karya yang memukau yang merangkum keindahan dan misteri hujan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pemilihan kata dan penggunaan metafora yang kuat, Joko Pinurbo berhasil menciptakan sebuah gambaran yang penuh dengan emosi dan imajinasi.

Kebun Hujan (1):

  1. Hujan yang Subur: Puisi dibuka dengan gambaran bahwa hujan tumbuh sepanjang malam dan subur di halaman. Hujan di sini tidak hanya sekadar fenomena alam, tetapi digambarkan sebagai sesuatu yang hidup dan subur seperti tanaman di kebun. Ini memberikan kesan bahwa hujan memiliki kehidupan dan kekuatan untuk memberikan kesuburan.
  2. Pemandangan Subuh: Dengan menggambarkan dirinya terbangun dari rerimbunan ranjang, penutur puisi menyajikan pemandangan subuh yang dihiasi oleh angin dan dingin hujan. Gambaran ini tidak hanya menyoroti kecantikan alam, tetapi juga menghadirkan suasana romantis dengan menyatakan bahwa angin dan hujan sedang bercinta-cintaan di bawah rerindang hujan.
  3. Bunga dan Daun Hujan: Pada subuh hari, penutur puisi melihat bunga-bunga hujan dan daun-daun hujan berguguran di kebun hujan. Metafora ini menggambarkan bahwa hujan bukan hanya memberikan kehidupan tetapi juga menciptakan keindahan di kebun, menciptakan gambaran penuh warna dan aroma.

Kebun Hujan (2):

  1. Kegembiraan Anak-Anak Hujan: Puisi melanjutkan dengan merinci suara anak-anak hujan yang bernyanyi riang di taman hujan. Metafora ini memberikan kesan kegembiraan dan keseruan yang membawa pembaca ke suasana riang di tengah hujan.
  2. Tirai Hujan: Ibu hujan disebutkan menyaksikan anak-anaknya dari balik tirai hujan. Tirai hujan mungkin mencerminkan pemisahan atau keterpisahan yang diatasi oleh kehadiran hujan. Ini menciptakan sentimen pengamatan dan perhatian yang mendalam.
  3. Jasad-Jasad Hujan: Di pagi hari, penutur puisi melihat jasad-jasad hujan berserakan di kebun hujan. Penggunaan istilah "jasad-jasad hujan" memberikan kesan dramatis dan misterius pada keberadaan hujan. Ini bisa diartikan sebagai representasi dari jejak dan sisa-sisa keberadaan hujan yang meninggalkan kesan.
  4. Matahari Menguburkan Mayat-mayat Hujan: Puisi ditutup dengan gambaran bahwa matahari menguburkan mayat-mayat hujan. Ini menciptakan gambaran akan siklus kehidupan dan kematian yang terkait dengan alam dan fenomena hujan.
Puisi "Kebun Hujan" menciptakan lukisan kata-kata yang menawan tentang kehidupan dan keindahan hujan. Melalui metafora dan imajinasi yang kaya, Joko Pinurbo berhasil mengangkat hujan dari sekadar fenomena alam menjadi elemen yang hidup, memancarkan kecantikan, dan meninggalkan jejak yang penuh makna dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi: Kebun Hujan
Puisi: Kebun Hujan
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.