Puisi: Pertapa (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Pertapa" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya pertapaan, kontemplasi spiritual, dan pencarian ....
Pertapa


Jangan mengganggu: aku, satria itu, sedang bertapa dalam sebuah
    gua, atau sebutir telur, atau. sepatah kata - ah, apa pula
    bedanya. Pada saatnya nanti, kalau aku sudah dililit akar,
    sudah merupakan benih, sudah mencapai makna - masih
    beranikah kau menyapaku, Saudara?


1982

Sumber: Perahu Kertas (1983)

Analisis Puisi:
Puisi "Pertapa" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana pertapaan dan kontemplasi spiritual. Dalam puisi ini, penyair mengekspresikan keinginan untuk dibiarkan berdiam diri dalam meditasi dan pencarian makna hidup tanpa gangguan dari dunia luar.

Struktur dan Gaya Bahasa

  1. Bahasa Sederhana dan Simbolisme: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana namun sarat dengan simbolisme. Gua, telur, dan sepatah kata menjadi simbol untuk tempat pertapaan dan keheningan spiritual.
  2. Personifikasi pada Akar dan Benih: Pemakaian personifikasi pada akar dan benih menggambarkan perjalanan pertapa menuju pencapaian makna hidup yang lebih tinggi. Penggunaan kata "dililit akar" menciptakan citra keterikatan yang mendalam.
  3. Retorika Pertanyaan: Puisi ini memuat pertanyaan retoris, khususnya pada akhir, yang menyoroti keberanian untuk mengganggu proses pencarian makna hidup yang sedang dilakukan oleh sang pertapa.

Tema

  1. Pertapaan dan Kontemplasi: Puisi ini menyoroti tema pertapaan dan kontemplasi spiritual. Sang pertapa menginginkan ruang dan waktu untuk menyelami makna hidup tanpa gangguan dari dunia luar.
  2. Proses Pencapaian Makna Hidup: Dengan menyebutkan bahwa pertapa akan "dililit akar" dan menjadi "benih," puisi ini merujuk pada proses transformasi dan pertumbuhan menuju pemahaman yang lebih mendalam terhadap makna eksistensi.
  3. Tantangan Terhadap Gangguan Dunia: Pada bagian akhir, penyair menantang pembaca dengan pertanyaan retoris, menunjukkan betapa pentingnya ketenangan dalam perjalanan spiritual seseorang.

Makna

  1. Cari Jati Diri dan Makna Hidup: Puisi ini mencerminkan keinginan manusia untuk mencari jati diri dan makna hidup. Sang pertapa berusaha untuk mencapai pemahaman yang mendalam, menggambarkan proses pencarian yang bisa menjadi panjang dan penuh tantangan.
  2. Perjalanan Spiritual yang Mendalam: Dengan merujuk pada "dililit akar" dan "menjadi benih," puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual yang mendalam dan proses transformasi diri menuju kesadaran yang lebih tinggi.
  3. Pertanyaan tentang Gangguan Dunia: Pertanyaan retoris pada akhir puisi menimbulkan refleksi pada pembaca tentang pentingnya ketenangan dan keheningan dalam perjalanan spiritual. Hal ini menciptakan suatu tantangan bagi mereka yang mungkin mengganggu proses pertapaan tersebut.
Puisi "Pertapa" karya Sapardi Djoko Damono adalah puisi yang mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya pertapaan, kontemplasi spiritual, dan pencarian makna hidup. Melalui simbolisme yang kuat dan bahasa yang sederhana namun mendalam, penyair berhasil menciptakan suatu karya yang merangsang refleksi mengenai perjalanan rohaniah dan pencarian eksistensial.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Pertapa
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.