Puisi: Wijaya Kesuma (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Wijaya Kesuma" karya Sanusi Pane membawa pembaca ke dalam dunia yang penuh dengan mitos dan keindahan. Melalui penggambaran Taman Dewata ...
Wijaya Kesuma


Di balik gunung, jauh di sana,
        Terletak taman dewata raya,
        Tempat tumbuh kesuma wijaya,
Bunga yang indah, penawar fana.

Hanya sedikit yang tahu jalan
        Dari negeri sampai ke sana.
        Lebih sedikit lagi orangnya,
Yang dapat mencapai gerbang taman.

Turut suara seruling Krisyna,
        Berbunyi merdu di dalam hutan,
Memanggil engkau dengan sih trisna.

Engkau dipanggil senantiasa
        Mengikuti sidang orang pungutan:
Engkau menurut orang biasa.


Sumber: Madah Kelana (1931)

Analisis Puisi:
Puisi "Wijaya Kesuma" karya Sanusi Pane membawa pembaca ke dalam dunia yang penuh dengan mitos dan keindahan. Melalui penggambaran Taman Dewata Raya dan bunga Kesuma Wijaya, penyair menciptakan gambaran tentang kecantikan dan keagungan yang tersembunyi di balik gunung.

Gambaran Taman Dewata Raya: Puisi membuka dengan gambaran Taman Dewata Raya yang terletak di balik gunung. Taman ini dihadirkan sebagai tempat yang luar biasa, mungkin bersifat mitologis atau spiritual, yang menambahkan dimensi keagungan dan ketidakjangkauan.

Kesuma Wijaya sebagai Bunga Indah: Fokus puisi adalah pada Kesuma Wijaya, bunga yang dijelaskan sebagai indah dan penawar fana. Penyair menggunakan bahasa yang kaya untuk menggambarkan kecantikan bunga ini, mungkin mencerminkan keindahan yang melampaui dunia fana.

Keberanian Mencapai Taman Dewata Raya: Meskipun Taman Dewata Raya digambarkan sebagai tempat yang sulit dijangkau, puisi mencatat bahwa hanya sedikit yang tahu jalan menuju ke sana, dan bahkan lebih sedikit yang dapat mencapai gerbangnya. Ini bisa diartikan sebagai simbol keberanian dan pengetahuan yang sangat terbatas tentang keindahan yang murni.

Suara Seruling Krisyna dan Sih Trisna: Penggunaan seruling Krisyna yang berbunyi merdu di dalam hutan menciptakan nuansa mistis dan magis. Sih Trisna yang memanggil engkau menambah dimensi panggilan spiritual. Kedua elemen ini menciptakan atmosfer yang penuh keajaiban dan keindahan alam.

Panggilan untuk Mengikuti Sidang Orang Pungutan: Puisi menutup dengan panggilan untuk mengikuti sidang orang pungutan, dengan pesan bahwa engkau menurut orang biasa. Ini dapat diartikan sebagai pengingat tentang keterikatan manusia pada kehidupan sehari-hari dan realitas sosial, bahkan ketika ada keindahan spiritual yang mungkin diidamkan.

Pemilihan Kata dan Bahasa yang Kaya: Sanusi Pane menggunakan pemilihan kata yang kaya dan bahasa yang indah untuk menciptakan gambaran yang kuat dan memikat. Kata-kata seperti "Taman Dewata Raya," "Kesuma Wijaya," dan "seruling Krisyna" menambah dimensi magis dan spiritual pada puisi.

Puisi "Wijaya Kesuma" menggambarkan keindahan dan keagungan yang tersembunyi di dalam Taman Dewata Raya melalui imaji bunga Kesuma Wijaya. Sanusi Pane menciptakan puisi yang memukau dengan bahasa yang kaya dan penggambaran yang kuat, membawa pembaca ke dalam dunia mitologis dan spiritual. Puisi ini tidak hanya mengeksplorasi keindahan alam, tetapi juga menyingkap makna mendalam tentang keberanian, pengetahuan, dan realitas kehidupan sehari-hari.

Sanusi Pane
Puisi: Wijaya Kesuma
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.

Puisi: Wijaya Kesuma
Puisi: Wijaya Kesuma
Karya: Sanusi Pane
© Sepenuhnya. All rights reserved.