Puisi: Koruptor + Tai (Karya Acep Syahril)

Puisi "Koruptor + Tai" menggambarkan perasaan malu dari seorang koruptor yang menyadari tindakannya merugikan banyak orang, termasuk keluarganya.
Koruptor + Tai


Di atas kloset tanpa mengetuk pintu dia
masuk ke dalam dirinya seseorang sejak tadi
menunggu untuk bercakap-cakap di sebuah ruang
tak ber-air-condition sejuk aman dan dia sulit
membayangkan betapa nyamannya
di dalam tapi sayang dia jarang pulang.
Selesai ngeden dia kembali ke dalam sejenak
hidungnya terganggu oleh tainya yang meleset.
Bukankah ini bau taimu yang sama dengan
bau tai mereka lagi pula mengapa
kau cemaskan pikiranmu ingin tampil dengan tai
yang berbeda dan lolos cek tai dari pemeriksaan
sebuah lembaga.
Lalu dia geremet kepalanya membayangkan
tai yang encer dan kelam biji kedele dari
tempe kangkung dan bayam dari puluhan juta
burit yang seringkali gagal dicerna.
Lagi pula mengapa kau cemaskan pikiranmu
bukankah tak ada cakar ayam gigi tetanggamu
atau biji besi dari taimu untuk dijadikan
barang bukti.
Selesai ngeden dia merasa malu ketika
seseorang itu semakin banyak tau tentang
dirinya selain makanan yang dia konsumsi
dan kloset tempatnya membuang tai menjadi
fokus percakapan.
Mengapa kau cemaskan pikiranmu bukankah kloset
dan tai tak boleh dihadirkan untuk jadi saksi.
Sekali lagi dia geremet kepalanya sambil
membayangkan anak-anak dan istrinya yang selalu
ingin tampil beda dengan rumah serta
perhiasan dan fasilitas mewah yang mereka punya
tiba-tiba berubah jadi hewan buas yang
perlahan-lahan menggerogoti daging serta akal
pikiran mereka.
Mengapa kau cemaskan pikiranmu
bukankah semua itu hanya bagian dari gaya
hidup yang juga dimiliki para penyidik
pimpinan sidang atau hakim yang senantiasa
tersenyum padamu
selesai ngeden dia kembali kedalam tapi
kali ini dia dikejutkan oleh wajahnya sendiri
yang tampak tak utuh di tembok kramik serta
kemaluannya yang mulai terhalang oleh lemak
yang kian mumbung di perutnya.
Mengapa kau cemaskan pikiranmu bukankah
keberanian dan ketakutan adalah pilihan
dan resiko yang akan menentukan
jalan ke depan.
Kembali dia geremet kepalanya dan
membayangkan wajahnya muncul di televisi dan
di koran-koran yang kemudian menghambat proses
pelepasan tainya dengan posisi yang tidak
nyaman di atas kloset serta tarikan nafas
yang mulai tersendat membuatnya ingin selalu
dekat pada seseorang tadi dengan bertanya apa
yang harus kulakukan.
Mengapa kau cemaskan pikiranmu
padahal kau tak pernah mencemaskan
kepiawaianmu menculik angka-angka dari sumber
keringat dan darah serta menculik waktu yang
tak mungkin bisa kau kembalikan seperti semula
atau menculik kata-kata yang kau kira bisa bikin
semua orang percaya.
Pulanglah
sering-seringlah pulang ke rumahmu ini sebelum
kau benar-benar pulang cuma membawa daging busuk
dan tai.


Analisis Puisi:
Puisi "Koruptor + Tai" karya Acep Syahril adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan simbolisme dan pesan sosial yang kuat.

Tema Korupsi: Puisi ini secara tersirat berbicara tentang praktik korupsi yang meluas di berbagai lapisan masyarakat. Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk keuntungan pribadi, yang seringkali melibatkan penyalahgunaan dana publik dan merugikan banyak orang.

Penggunaan Metafora: Puisi ini menggunakan metafora "tai" untuk merujuk kepada praktik korupsi. Sebagai kata kasar yang merujuk pada kotoran tubuh manusia, "tai" digunakan untuk menggambarkan perilaku koruptif sebagai tindakan yang menjijikkan dan mencemari moral dan etika.

Penghinaan dan Perasaan Malu: Puisi ini menggambarkan perasaan malu dari seorang koruptor yang menyadari tindakannya merugikan banyak orang, termasuk keluarganya. Meskipun ia tampil sukses dengan fasilitas mewah dan gaya hidup berlebihan, ia merasa tertekan oleh perasaan bersalah dan rasa takut tertangkap.

Kritik Sosial: Puisi ini adalah kritik sosial terhadap perilaku koruptor. Acep Syahril mengekspos kerusakan yang disebabkan oleh tindakan korupsi dan menyuarakan penolakan terhadapnya. Ia menggarisbawahi betapa keberanian dan ketakutan adalah pilihan yang akan memengaruhi nasib seseorang.

Eksistensialisme: Puisi ini juga mencerminkan tema eksistensialisme. Tokoh dalam puisi merenungkan hidupnya dan merasa kebingungan oleh berbagai perasaan dan dilema yang dia hadapi, termasuk perasaan takut dan penyesalan.

Gaya Bicara Tokoh: Puisi ini membangun dialog internal dari sudut pandang seorang koruptor. Ini memberikan wawasan ke dalam pemikiran dan perasaan tokoh, dan bagaimana ia meresapi implikasi dari perbuatannya.

Tantangan Moral dan Etika: Puisi ini mengajukan pertanyaan tentang moralitas dan etika. Tokoh dalam puisi ini merasa terjebak antara kehidupan yang ia jalani sebagai koruptor dan keraguan moral yang ia rasakan. Ini menciptakan konflik yang kuat dalam dirinya.

Puisi "Koruptor + Tai" adalah karya yang menyampaikan pesan sosial yang kuat melalui simbolisme yang kuat dan bahasa yang tajam. Ini menciptakan gambaran ke dalam perasaan dan pikiran seorang koruptor yang merasa terjebak dalam kehidupan yang dia jalani dan perbuatan yang dia lakukan.

Puisi: Koruptor + Tai
Puisi: Koruptor + Tai
Karya: Acep Syahril
© Sepenuhnya. All rights reserved.