Puisi: Hujan, Jalak, dan Daun Jambu (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Hujan, Jalak, dan Daun Jambu" menawarkan sebuah pesan filosofis tentang kesederhanaan, kebijaksanaan, dan kebahagiaan yang dapat dipetik ...
Hujan, Jalak, dan Daun Jambu

Hujan turun semalaman. Paginya
jalak berkicau dan daun jambu bersemi;
mereka tidak mengenal gurindam
dan peribahasa, tapi menghayati
adat kita yang purba,
tahu kapan harus berbuat sesuatu
agar kita, manusia, merasa bahagia. Mereka
tidak pernah bisa menguraikan
hakikat kata-kata mutiara, tapi tahu
kapan harus berbuat sesuatu, agar kita
merasa tidak sepenuhnya sia-sia.

1992

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:

Puisi "Hujan, Jalak, dan Daun Jambu" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah pengamatan mendalam tentang alam dan hubungannya dengan manusia.

Alam sebagai Subyek Sentral: Puisi ini menempatkan alam, yang diwakili oleh hujan, jalak, dan daun jambu, sebagai subyek sentral. Alam digambarkan sebagai entitas yang hidup dan sadar akan perannya dalam menjaga keseimbangan serta kebahagiaan manusia.

Keterkaitan Manusia dan Alam: Melalui gambaran jalak dan daun jambu yang bersemi setelah hujan turun, puisi ini menyoroti keterkaitan erat antara manusia dan alam. Jalak dan daun jambu, meskipun tidak memiliki pengetahuan manusiawi, secara naluriah mengerti peran dan tindakan yang perlu dilakukan untuk menciptakan kebahagiaan.

Kritik terhadap Kehidupan Manusia: Dalam perbandingan dengan alam, puisi ini secara tersirat juga memberikan kritik terhadap kehidupan manusia yang terkadang terlalu terikat pada kata-kata mutiara dan pengetahuan yang kompleks, namun sering kali gagal memahami esensi kebahagiaan.

Kebijaksanaan Alam: Puisi ini menekankan kebijaksanaan alam yang sederhana namun dalam. Alam tidak pernah terlalu rumit dalam menjalani fungsinya, namun memiliki pemahaman yang mendalam tentang waktu yang tepat untuk bertindak demi keseimbangan dan kebahagiaan.

Kemanusiaan dan Kesadaran: Pada akhirnya, puisi ini mengajak manusia untuk memperoleh kembali kesadaran akan hubungan mereka dengan alam dan belajar dari kebijaksanaannya. Manusia diajak untuk merenung tentang tindakan sederhana namun penting yang dapat dilakukan untuk menciptakan kebahagiaan, sebagaimana yang dipahami oleh jalak dan daun jambu.

Dengan demikian, puisi "Hujan, Jalak, dan Daun Jambu" tidak hanya menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, tetapi juga menawarkan sebuah pesan filosofis tentang kesederhanaan, kebijaksanaan, dan kebahagiaan yang dapat dipetik dari pengamatan alam yang mendalam.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Hujan, Jalak, dan Daun Jambu
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.