Puisi: Kemacetan Tercinta (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Kemacetan Tercinta" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehidupan dan bagaimana kita berurusan dengan tantangan-tantangan sehari ..
Kemacetan Tercinta

Sudah jam sembilan malam
dan jalan menuju rumahnya masih macet.
Ia bunyikan klakson mobilnya berkali-kali
hanya agar sepi tak cepat mati.

Malam adalah senja yang salah waktu.
Matahari telah diganti lampu-lampu.
Jerawat tumbuh di pucuk hidung.
Ketiak telah kehilangan parfum.

Ia lihat wajah ibunya di kaca spion.
Ia hirup harum kopi dari pendingin udara.
"Selamat malam, Bu. Apakah di tengah
kemacetan ini kecantikan masih berguna?"

Ibunya tidak menjawab, malah berkata,
"Kemacetan ini terbentang antara hati
yang kusut dan pikiran yang ruwet.
Kamu dan negara sama-sama mumet."

Demi kemacetan tercinta ia rela menjadi tua
di jalan; ia rela melupakan umur.
Malam merayap, banjir sebentar lagi tiba.
Di kaca spion ia lihat ibunya tertidur.

2014

Sumber: Buku Latihan Tidur (2017)

Analisis Puisi:
Puisi "Kemacetan Tercinta" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan kota modern dengan cara yang khas dan penuh dengan ironi.

Gambaran Kemacetan Fisik dan Emosional: Dalam puisi ini, kemacetan lalu lintas dijelaskan sebagai metafora bagi kekacauan emosional yang dialami oleh penyair. Meskipun lalu lintas macet hanya terjadi di jalan fisik, penyair merasa terperangkap dalam kekacauan pikiran dan perasaan yang sama.

Waktu yang Tergelincir: Penyair menggambarkan malam sebagai "senja yang salah waktu", menunjukkan perasaan tidak nyaman dan terganggu. Waktu menjadi lambat dan terlalu panjang dalam keadaan kemacetan, menciptakan suasana tegang dan tidak menentu.

Pertanyaan tentang Kecantikan dan Makna: Saat penyair bertanya apakah kecantikan masih berguna di tengah kemacetan, itu menggambarkan refleksi tentang makna kecantikan dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan modern. Kemacetan di jalan menjadi cermin bagi kemacetan dalam pemikiran dan nilai-nilai dalam masyarakat.

Hubungan dengan Orang Tua: Dialog antara penyair dan ibunya menggambarkan hubungan yang kompleks antara generasi. Meskipun ibu tidak memberikan jawaban langsung, namun kata-katanya mencerminkan kebijaksanaan dan pengertian tentang kehidupan.

Resignasi dan Kehidupan Sehari-hari: Meskipun penyair merasa terjebak dalam kemacetan, ia merelakan dirinya menjadi bagian darinya. Hal ini mencerminkan sikap resignasi dan penerimaan terhadap keadaan yang sulit, yang sering kali merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari di kota besar.

Dengan demikian, puisi "Kemacetan Tercinta" adalah sebuah puisi yang menggambarkan keadaan kota modern dengan cara yang unik dan melalui pengalaman pribadi penyair. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehidupan dan bagaimana kita berurusan dengan tantangan-tantangan sehari-hari dalam masyarakat yang padat dan sibuk.

Puisi Kemacetan
Puisi: Kemacetan Tercinta
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.