Wisata Aceh: Kilometer 0 Sabang

Sedikit lebih bisu dari tempat lain, tempat ini adalah tempat yang tepat untuk merasa sendirian di tengah keramaian. Suasana pantai yang menabrak tebing, bisa kita nikmati dari pandangan sekitar 200 meter dari atas tebing (tempat berdirinya monumen kilometer nol Sabang). Nuansa yang meriah, bagi pecinta alam seperti kami.

Kilometer 0 sabang

Tidak ada yang peduli dengan buramnya masa lalu, aku merasa baru terlahir dan ingin menghabiskan seluruh hidupku di tempat ini.

9 September 1997, Monumen Kilometer 0 Sabang diresmikan oleh wakil Presiden Indonesia saat itu, Bapak Try Sutrisno. Untuk penentuan posisi geografis yang diterapkan dengan teknologi satelit global positioning System (GPS) yang dipimpin oleh Bapak Habibie sebagai Menteri Riset dan Teknologi saat itu.

Pada Akhir Tahun 2014, aku juga sempat menikmati rasanya menjadi bagian dari manusia yang pernah berdiri di tempat ini. Tempat yang sangat menarik untuk siapapun, bahkan wisatawan asing cukup banyak datang kemari. Hal yang sangat disayangkan dengan tempat ini, semua gedung dan catatan sejarahnya sudah dipenuhi dengan coretan tangan manusia tidak bertanggung jawab. Entah kapan negara ini bisa menghargai sejarahnya?

Perjalanan ke Sabang

Tiba di Sabang sekitar jam 5 sore, kami langsung menuju ke Pusat Kota untuk mencari tempat menginap. Sebenarnya aku merasa cukup banyak teman di Pulau paling keren ini, namun sayang, semuanya sedang tidak ada di tempat. Jadi, tetap saja hari ini aku tidak punya teman di sini.

Aku melalui malam pertama di sana dengan jaringan Wifi Standar yang disediakan pihak hotel kami menginap. Tidak ada di antara kami yang ingin memupuk kekuatan agar besok bisa bugar untuk mengelilingi Kota Sabang. Entah ide dari mana, kami kemudian memilih keluar pada jam 12 malam, kami menuju sebuah pelabuhan, tidak begitu aku ingat, apakah itu pelabuhan tempat kami turun dari Ferry tadi atau bukan, yang pastinya tempat ini sangat indah di malam hari. Tidak berapa lama, kami kembali beranjak menuju tempat lain yang kami harap lebih indah dari tempat ini.

Akhirnya kami berhenti di sebuah tempat yang sedikit ramai, dihuni oleh manusia malam seperti kami. Aku yakin semua dari mereka adalah bagian dari orang yang baru datang siang tadi. Pemandangan di sini tidak begitu berbeda dengan di pelabuhan tadi, tapi di sini, kami duduk di atas tebing tinggi dengan pandangan mengarah ke area ombak malam yang membawa angin malam.

Kami kembali ke Hotel jam 3, dan semua dari kami langsung tertidur akibat pukulan lembut angin malam.

Esoknya, kami langsung menuju ke tempat paling ingin kami tuju, Kilo Meter 0 Sabang. Jalan yang harus ditempuh ternyata cukup lama juga, serasa hampir 1 jam baru bisa tiba di sana. Memang 1 jam, namun keindahan yang ditawar perjalanan sungguh tidak membuat itu terasa 1 jam, kami bahkan sempat berhenti di Iboih Iin. Tempat yang dipenuhi Turis Mancanegara, dan juga anak-anak yang mengambil bagian wisata akhir pekan, karena di sana terdapat arena snorkeling. Wajar saja, air laut di sana hampir bisa dikatakan tembus pandang. Hampir 1 jam kami di sana, hanya untuk menikmati kesenangan orang lain.

Kami melanjutkan perjalanan yang dipenuhi pemandangan laut di area kiri jalan yang kami lalui. Bosan tidak pernah menyentuh apa yang kami lakukan hari ini. Tiba kami di Kilo Meter Nol, jam 4 sore.

Perjalanan ke Sabang

Awalnya aku berpikir, tempat ini sangat jauh dari kata sepi. Namun kenyataannya, di sini semua orang sibuk dengan suasana lokasi ini. Kami akan berada di sini sampai tibanya sunset, memang itu tujuan kami datang, untuk melihat indahnya sinar matahari terbenam yang diceritakan manusia yang pernah kemari.

Mohon maaf, rencananya aku ingin mengabadikan beberapa foto sunset di sana. Namun sayang, daya baterai SmartPhone sudah berlalu meninggalkanku sedari aku tiba di sana.

Pulang dari sana kami langsung tidur, dan esoknya bangun pagi-pagi, langsung menuju ke Airport (baca: pelabuhan). Maaf, ternyata ketika dalam perjalanan ke pelabuhan, kami mengubah haluan sedikit, sehingga kami juga sempat menikmati indahnya Anoi Itam, Sabang.

anoe itam, Sabang

anoe itam, Sabang

anoe itam, Sabang

Setelah sekitar 1 jam di Anoe Itam, akhirnya kami kembali ke Pelabuhan, dan melanjutkan perjalanan laut ke Banda Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.