Puisi: Ballada Gadisnya Jamil, Si Jagoan (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Ballada Gadisnya Jamil, Si Jagoan" adalah gambaran yang kuat tentang kehidupan yang keras, penuh dengan kekerasan, kesulitan, dan ...
Ballada Gadisnya Jamil, Si Jagoan

Begitu ia masuk ke dalam kali
perawan dengan dada-dada pepaya.
Sebab kedua matanya
telah ia tatapkan pada bulan
dan terkaca pada segala
hidup bukan lagi miliknya.

- Jamil! Jamil!
Bahkan pandang terakhir
tiada aku diberinya.
Punahlah sudah punah
lelaki yang hidup dari luka.
Kerbau jantan paling liar
memberi gila di dada berbunga.

Begitu ia masuk ke dalam kali
ikan larikan kail di rabunya
di pusaran putih
segala tuba.

- Jamil! Jamil!
Amis darah di mulutnya
kukulum keraknya kini.
Jamil! Jamil!
Bersuluh obor mereka mengejarnya
setelah ia bunuh anak lurah di pesta.
Dan tikaman paling dendam
melepas dahaga hitam
pada tubuhnya yang capai.

Si dara menatap bulan di air
didengarnya bisik arus gaib.
Begitu ia masuk ke dalam kali.

Tiada kemboja di sini
dan gagak-gagak dilekati timah
pada mata-matanya.

Lala! Nana!
Tembang malam dan duka cita!
Angin di pucuk-pucuk mangga.
Tapi siapa 'kan nyanyi untuknya?

Sumber: Kisah (September, 1955)

Analisis Puisi:

Puisi "Ballada Gadisnya Jamil, Si Jagoan" karya W.S. Rendra adalah sebuah kisah yang menggambarkan kehidupan yang keras dan tragis, diwarnai oleh kekerasan dan ketidakberdayaan.

Gambaran Kehidupan yang Keras: Puisi ini menggambarkan kehidupan yang keras dan tanpa ampun, terutama melalui gambaran gadis yang masuk ke dalam kali, sebuah simbol keputusasaan dan kehancuran. Kehidupan gadis ini dipenuhi dengan penderitaan dan kesulitan, dan keberadaannya tercerabut dari realitas yang keras.

Pertarungan Antara Kekuatan dan Ketidakberdayaan: Gadis ini, meskipun tampak lemah dan rentan, memiliki kekuatan batin yang kuat. Dia melawan takdirnya dan menghadapi kehidupan dengan keberanian meskipun dalam situasi yang sulit. Namun, akhirnya, kekuatan luar biasa dari kekerasan dan ketidakberdayaan mengalahkannya.

Simbolisme Bulan dan Air: Bulan dalam puisi ini mewakili keindahan, ketenangan, dan ketidakberdayaan. Gadis ini terpesona oleh kecantikan bulan, tetapi pada akhirnya, dia menemukan dirinya tenggelam dalam air yang gelap dan suram, sebuah gambaran atas nasib tragisnya.

Kritik terhadap Kekerasan dan Kekosongan Kemanusiaan: Puisi ini mencerminkan kritik terhadap kekerasan dan kekosongan kemanusiaan dalam masyarakat. Tindakan kekerasan, pembunuhan, dan dendam hanya meninggalkan duka dan kehampaan di belakangnya. Masyarakat yang keras dan kejam tidak memberikan belas kasihan kepada yang lemah dan rentan.

Kesendirian dan Kehampaan: Akhir puisi menggambarkan kesendirian dan kehampaan gadis itu. Meskipun hidupnya penuh dengan penderitaan, tidak ada yang menyanyikan lagu kesedihan untuknya, menyoroti isolasi dan kesepian yang mendalam yang dirasakannya.

Puisi "Ballada Gadisnya Jamil, Si Jagoan" adalah gambaran yang kuat tentang kehidupan yang keras, penuh dengan kekerasan, kesulitan, dan ketidakberdayaan. Melalui gambaran tragis gadis yang terjerat dalam lingkaran kekerasan dan kesendirian, W.S. Rendra mengajukan pertanyaan tentang hak asasi manusia, keadilan, dan keberpihakan terhadap yang lemah dalam masyarakat.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Ballada Gadisnya Jamil, Si Jagoan
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.