Puisi: Penerimaan (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Penerimaan" karya Chairil Anwar menyajikan perasaan dan pertimbangan yang cermat tentang menerima seseorang kembali dalam hidupnya.
Penerimaan


Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret, 1943

Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Penerimaan" karya Chairil Anwar mengungkapkan perasaan yang rumit tentang menerima kembali seseorang dalam hidupnya. Chairil Anwar adalah seorang penyair terkenal Indonesia yang sering mengangkat tema-tema seperti perasaan pribadi dan konflik emosional dalam karyanya.

Perasaan Ambivalen: Puisi ini menciptakan perasaan ambivalen di dalamnya. Penyair merasa terbagi antara menerima kembali seseorang yang mungkin telah berubah atau tetap menjaga identitasnya yang sendiri. Ambivalensi ini tercermin dalam kata-kata seperti "Kutahu kau bukan yang dulu lagi" dan "Dengan cermin aku enggan berbagi."

Kepribadian yang Utuh: Penyair menegaskan bahwa ia masih "tetap sendiri" dan enggan untuk berkompromi dengan dirinya sendiri. Puisi ini mencirikan perasaan kepribadian yang kuat dan menolak untuk kehilangan identitas sendiri.

Perubahan yang Tak Terelakkan: Penyair mencermati bahwa "kau bukan yang dulu lagi." Ini menggarisbawahi perubahan yang terjadi pada seseorang dan kemungkinan sulitnya menerima orang tersebut dalam keadaannya yang baru. Puisi ini menggambarkan perasaan nostalgia terhadap masa lalu yang berbeda.

Keseimbangan antara Keterbukaan dan Kepentingan Pribadi: Puisi ini menggambarkan perjuangan antara keterbukaan untuk menerima seseorang kembali dan kepentingan pribadi untuk tetap setia pada diri sendiri. Penyair mencoba untuk menemukan keseimbangan antara menerima kembali orang tersebut dan menjaga kemandiriannya.

Ketidaksetaraan Hubungan: Puisi ini memberikan kesan bahwa hubungan tersebut tidak setara. Salah satu pihak mungkin telah berubah atau mungkin tidak sebanding dengan upaya yang dilakukan oleh pihak lain untuk menerimanya kembali. Ini menciptakan ketidakseimbangan dan ketidakpastian dalam hubungan.

Kehati-hatian dalam Menerima: Kata-kata seperti "Dengan cermin aku enggan berbagi" menciptakan gambaran ketika penyair mempertimbangkan tindakan mereka. Puisi ini mencirikan hati-hati dan ketidakpastian dalam proses penerimaan kembali.

Eksplorasi Perasaan Pribadi: Puisi ini adalah contoh dari penggalan perasaan pribadi penyair. Chairil Anwar menghadirkan perasaan kompleks dan pertimbangan yang mungkin menjadi bagian dari pengalaman manusia dalam menjalani hubungan.

Struktur Puisi yang Singkat: Puisi ini memiliki struktur yang singkat dan padat. Chairil Anwar berhasil menyampaikan perasaan yang kuat dan kompleks dalam beberapa baris pendek. Keterbatasan kata-kata ini meningkatkan intensitas perasaan yang diungkapkan.

Dalam "Penerimaan," Chairil Anwar menyajikan perasaan dan pertimbangan yang cermat tentang menerima seseorang kembali dalam hidupnya. Puisi ini menciptakan perasaan ambivalen yang menggambarkan pertarungan antara keterbukaan dan kepentingan pribadi, serta konflik emosional yang mungkin dihadapi dalam hubungan antarmanusia.

Chairil Anwar
Puisi: Penerimaan
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.