Puisi: Memandang Kehidupan (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Memandang Kehidupan" karya Ajip Rosidi merenungkan makna dan tujuan kehidupan. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun dalam, ...
Memandang Kehidupan

Memandang relung-relung kehidupan
Aku tak tahu pasti
Apakah mungkin menjadi
Seorang tua yang tenang baca koran
Di tengah ribut dunia kebakaran?

Kusaksikan diriku dan kawan-kawan
Sambil makan kacang dan asinan
Memperbincangkan nasib negara
Sengit berdebat
Penuh semangat memberi perintah
Menentukan haluan dunia.

Tidakkah lebih baik kita tenggelamkan
Segala rumus dan perhitungan di warung kopi
Selagi matahari belum tinggi
Atau kupilih saja ketenangan kursi goyang
Saban pagi semangkuk susu dan setangkup roti?

Masih pula merasa kuatir
Akan kepastian hari esok: Bukan tak mungkin
Tuhan tiba-tiba bertitah: Berhenti!
Maka planet-planet bertubrukan, bintang-bintang padam.
Lalu apa yang masih dapat dicapai?

Sedangkan bumi tak lagi pasti.

Yang tinggal hanya angan-angan yang panjang
Dan kelam. Sedang
Angan-angan pun
Membutuhkan suatu landasan.

Kuteliti tanganku: urat-uratnya, tulang-tulangnya ...
Bisa saja lenyap tiba-tiba. Tak satupun kupunya.
Selain doa.

1968

Sumber: Horison (Januari, 1969)

Analisis Puisi:
Puisi "Memandang Kehidupan" karya Ajip Rosidi menghadirkan refleksi yang dalam mengenai eksistensi manusia dalam konteks kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan pertanyaan-pertanyaan filosofis. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun sarat makna, Rosidi mengajak pembaca untuk merenungkan esensi kehidupan dan perannya di dalamnya.

Ketidakpastian dan Kompleksitas Kehidupan

Puisi ini mencerminkan kebingungan sang penulis akan esensi kehidupan. Rosidi menggambarkan kehidupan sebagai relung-relung yang tidak pasti, tempat di mana kita sering kali terombang-ambing antara keinginan untuk hidup dalam ketenangan serta tekanan dari keriuhan dan konflik dunia.

Dengan gambaran seorang tua yang tenang membaca koran di tengah ribut dunia kebakaran, Rosidi menyoroti ketidakmungkinan untuk mencapai kedamaian dalam konteks kehidupan yang sering kali penuh gejolak dan konflik.

Refleksi dan Pertanyaan Filosofis

Puisi ini juga memperkenalkan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang dalam. Rosidi mempertanyakan apakah benar-benar penting bagi manusia untuk terus sibuk dengan perhitungan dan urusan dunia, ataukah lebih baik menikmati ketenangan di warung kopi atau di kursi goyang dengan secangkir susu dan sepotong roti.

Dalam kebingungan dan kekhawatiran akan masa depan, sang penulis juga merenungkan ketidakpastian yang melekat pada kehidupan manusia. Bahkan, Rosidi menggambarkan ketidakpastian yang begitu besar sehingga ia menyatakan bahwa bahkan bumi pun tidak lagi pasti.

Angan-Angan dan Doa

Puisi ini menekankan pentingnya angan-angan sebagai pijakan dalam kehidupan. Rosidi menggambarkan bahwa meskipun hidup penuh dengan ketidakpastian, manusia masih memiliki angan-angan yang panjang dan kelam. Namun, untuk dapat bertahan, angan-angan tersebut membutuhkan suatu landasan yang kokoh.

Dalam kegelisahan dan ketidakpastian, sang penulis menemukan bahwa satu-satunya hal yang dapat dipercayai adalah doa. Ini menunjukkan bahwa dalam keadaan paling terpuruk sekalipun, manusia masih memiliki harapan dan keyakinan pada sesuatu yang lebih tinggi.

Puisi "Memandang Kehidupan" karya Ajip Rosidi adalah sebuah karya yang menggugah untuk merenungkan makna dan tujuan kehidupan. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun dalam, Rosidi berhasil menggambarkan kompleksitas dan ketidakpastian kehidupan manusia serta kebutuhan akan harapan dan keyakinan dalam menghadapinya. Puisi ini mengajak pembaca untuk mempertanyakan eksistensi dan tujuan hidup mereka sendiri dalam konteks yang sama.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Memandang Kehidupan
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.