Puisi: Menjaring Angin di Kota Tua (Karya Diah Hadaning)

Puisi: Menjaring Angin di Kota Tua Karya: Diah Hadaning
Menjaring Angin di Kota Tua


Bukan karena panggilan musim
jika langkahnya pagi ini 'henti
di gapura kota Tulungagung
sementara pagi belum bangkit
kota masih diam simpan mimpi calon urban
umbul-umbul putih sembunyikan perih
beburung pagi seperti kirim isyarat baru
telah lama orang-orang menunggu.

Dia perempuan pengusung windu memaknai
hidup perlu dihidupi
raga perlu dipagari
jika tak ingin para alpa amuk rasa
mencuri jantung jota ruh kehidupan
janur kuning setia hiasi gapura
kata-kata bertebaran di udara
barangkali tak perlu lagi pasang mikropon
meruncing-runcing perbedaan di nada-nada
diingatnya benar setiap kemarau 
angina berdesing di udara kota
ingin ia menjaringnya
pada kehadiran kali pertama
sesiapa datang tawarkan kampung.

Tiba-tiba hilang semua tanda
hati ngungun suara terbata
disapanya kota penyimpan angin
diserunya wong agung penyelamat peradaban
sambil menjaring angin di pohonan kota sejarah tak boleh henti menyapa jiwa
sejarah mata air mimpi para kawula
ia berseru di ambang gapura.


Tulungagung, 2004

"Puisi: Menjaring Angin di Kota Tua (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Menjaring Angin di Kota Tua
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.