Puisi: Sungai-Sungai Tanpa Muara (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Sungai-Sungai Tanpa Muara" karya Diah Hadaning menggambarkan sungai sebagai simbol aliran kehidupan, perubahan, dan masa lalu yang terus ...
Sungai-Sungai Tanpa Muara


Mengalir dari berbagai arah
Membelit-belit kota baja
Mengalir lamban mengusung
Mimpi para urban
Mengusung hari-hari hilang warna
Lalu membelit-belit wilayah hatimu.

Sungai-sungai tanpa muara
Karena setiap rusuk tanah
Telah masuk dalam
Kepala yang menganga.

Sungai-sungai mengalir berputar-putar
Sisa hutan menangis diam-diam
Barangkali saat angin mati
Dan tasbih-tasbih suarakan barzanji
Sungai-sungai temukan muaranya lagi.


1994

Analisis Puisi:
Puisi "Sungai-Sungai Tanpa Muara" karya Diah Hadaning adalah karya yang menggambarkan sungai sebagai simbol aliran kehidupan, perubahan, dan masa lalu yang terus berlanjut. Dalam puisi ini, penulis merenungkan perjalanan sungai dan menyampaikan pesan tentang perubahan dan kemungkinan pemulihan.

Sungai sebagai Simbol: Puisi ini menggunakan sungai sebagai simbol utama. Sungai dalam puisi ini mencerminkan kehidupan, aliran waktu, perubahan, dan kenangan. Sungai ini mengalir dari berbagai arah, menggambarkan perjalanan yang kompleks dan beragam yang dimiliki oleh setiap individu.

Kota Baja dan Urbanisasi: Mengalirnya sungai melalui "kota baja" mencerminkan urbanisasi dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Sungai-sungai yang membentuk lanskap kota menunjukkan perubahan yang terjadi dalam budaya dan kehidupan sehari-hari.

Hilangnya Warna: Penyair menyebutkan bahwa sungai mengusung "hari-hari hilang warna." Ini menggambarkan hilangnya makna dan keindahan dalam kehidupan urban. Masyarakat yang terlalu sibuk dengan kehidupan kota mungkin kehilangan kontak dengan sisi-sisi alam dan nilai-nilai yang lebih dalam.

Muara yang Hilang: Puisi ini menciptakan gambaran tentang sungai-sungai tanpa muara, mengindikasikan bahwa perubahan dan urbanisasi telah mempengaruhi ekosistem alam. Namun, penyair berharap bahwa sungai-sungai ini dapat menemukan muara mereka kembali, merujuk pada harapan akan pemulihan dan keseimbangan.

Keindahan dalam Rasa Sakit: Penyair menggambarkan bahwa saat angin mati, "tasbih-tasbih suarakan barzanji." Ini adalah pengingat akan keindahan yang dapat ditemukan dalam rasa sakit dan ketenangan yang mungkin ditemukan dalam keheningan alam.

Puisi "Sungai-Sungai Tanpa Muara" adalah karya yang menggambarkan perjalanan kehidupan, perubahan budaya, dan harapan akan pemulihan. Diah Hadaning menggunakan gambaran sungai dan aliran waktu untuk merenungkan tentang perubahan yang terjadi dalam masyarakat modern dan pentingnya kembali terhubung dengan alam serta nilai-nilai yang lebih dalam.

"Puisi: Sungai-sungai Tanpa Muara (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Sungai-Sungai Tanpa Muara
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.