Puisi: Jam Malam (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Jam Malam" karya Afrizal Malna menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehampaan dan ketidakpastian dalam kehidupan modern.
Jam Malam

Malamku hera hera
jam yang mencari waktu yang mencari hidup
perempuan-perempuan telanjang diam saja
tak menyapaku menjilati mesin kota

Dan langit di mana jalan tak pernah habis
orang hanya duduk-duduk saja
menunggu kabar manusia

Malamku hera hera. jam yang tak bergerak
orang hanya duduk-duduk saja di hadapan waktu
membangun hidup membangun hidup

Semua jalan jadi salah bagi dadaku.

Jam malam hera hera. jam yang tak bergerak
lenganku jauh tak berjalan-jalan.

1983

Sumber: Abad yang Berlari (1984)

Analisis Puisi:
Puisi "Jam Malam" karya Afrizal Malna merupakan sebuah penggambaran yang kuat tentang perasaan ketidakpastian, kekosongan, dan kehampaan dalam kehidupan modern. Melalui penggunaan bahasa yang padat dan gambaran yang kuat, penyair menyampaikan pesan tentang keadaan manusia yang terjebak dalam rutinitas dan kebingungan akan makna hidup.

Gambaran Kota yang Hampa: Dalam puisi ini, Malna menggambarkan suasana kota pada malam hari yang sepi dan hampa. Meski penuh dengan aktivitas mesin dan jalan yang tak pernah habis, kota ini terasa kosong dan tanpa makna.

Perempuan-Perempuan Telanjang yang Diam: Penggambaran perempuan-perempuan telanjang yang diam mencerminkan ketidakmampuan manusia untuk berinteraksi secara nyata dalam keadaan modern yang serba sibuk dan terfragmentasi.

Jam yang Tak Bergerak: Metafora "jam malam hera hera, jam yang tak bergerak" menciptakan gambaran tentang waktu yang terasa terhenti, tanpa arah atau tujuan yang jelas. Hal ini mencerminkan ketidakpastian dan kebingungan yang dirasakan oleh manusia dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Duduk-Duduk di Hadapan Waktu: Ungkapan "orang hanya duduk-duduk saja di hadapan waktu" menyoroti keadaan manusia yang terjebak dalam rutinitas dan kehampaan, tanpa memiliki visi atau tujuan yang jelas dalam hidup.

Ketidakmampuan untuk Bergerak: Lenganku jauh tak berjalan-jalan menggambarkan ketidakmampuan untuk melangkah maju atau bergerak dalam hidup. Hal ini mencerminkan kesendirian dan kekosongan yang dirasakan oleh individu dalam kehidupan urban yang sibuk.

Semua Jalan Jadi Salah bagi Dadaku: Ungkapan ini menunjukkan ketidakpastian dan kebingungan individu dalam mencari makna hidup. Meski ada banyak pilihan dan arah yang dapat diambil, namun semua terasa salah dan tidak memuaskan.

Simbolisme Langit dan Jalan: Langit di mana jalan tak pernah habis menggambarkan ketidakpastian dan kebingungan manusia dalam mencari arah dan tujuan hidup. Orang hanya duduk-duduk saja menunggu kabar manusia, menyoroti kesepian dan kekosongan dalam hubungan antarmanusia.

Melalui puisi "Jam Malam", Afrizal Malna menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehampaan dan ketidakpastian dalam kehidupan modern. Dengan bahasa yang padat dan gambaran yang kuat, penyair menggambarkan suasana kota pada malam hari yang penuh dengan kekosongan dan kebingungan akan makna hidup.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Jam Malam
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.