Puisi: Pamuk (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Pamuk" karya Agus R. Sarjono merupakan sebuah karya sastra yang penuh dengan simbolisme dan perbandingan, serta mencerminkan perjuangan, .....
Pamuk


Adalah salju
yang mempertemukan
orang sunyi dengan puisi
ketika perempuan yang tertindas
menghidupkan emansipasi
dengan bunuh diri.

Bisakah manusia bahagia
sebagai pasangan cinta
menghuni rumah mungil berdua
tanpa direcoki perabot-perabot berat
dan sulit diangkat seperti negara
atau perkakas keras
tajam dan bergerigi
seperti ideologi?

Di Kars atau Tanjung Priok
di Kabul atau Istambul, sandiwara
bisa saja mengkudeta fakta
ketika remaja-remaja yang rindu
dan mereka yang mengusir pilu
dalam sebuah pertunjukan
terburai diserbu serdadu
hanya karena seorang komandan
yang bosan dan putus asa
mendadak ingin jadi sutradara.

Namaku merah, seperti darah
warna termegah dalam sejarah.
layar terpintal di sunyi Pamuk
membungkus puing-puing Attaturk

Negeri-negeri salju kastil-kastil kertas
sejarah mengeras di tapal batas
hari-hari timur hari-hari barat
hamba dan tuan bertukar tempat.

Musim mengeras di tapal batas.
Ada yang diam-diam bergegas
melaju di atas seribu bus seperti Pamuk
atau Osman atau Mehmet atau kau
memburu cinta, kematian, atau malaikat
dan tak mendapat apa-apa kecuali
identitas yang meranggas dan sekarat
antara masa kanak yang terkoyak
dan masa depan yang lembam.
Antara timur yang mendengkur
dan barat yang berkarat.

Dari Herat menuju ke Barat
merana tersungkur di Indonesia
ingatan adalah rakyat berkarat
menetas sia-sia dari telur amnesia.

Sambil menyusuri kota kelahiran
dalam ingatan silam, ditentengnya hidup baru
seperti menenteng kopor ayah
tempat istana salju dan buku hitam catatan harian
menyembul diam-diam bagai kenangan:
bacaan-bacaan masa muda
yang menggendong sukma ke Eropa,
dan hikayat-hikayat keramat
yang menuntun gelisah
kembali pulang ke rumah.

Di luar masih terhampar
dunia-dunia yang membenci
sebesar mencinta, yang bercumbu
sekerap bertengkar, bagai hujan salju
yang indah dan memisah hingga selalu susah
untuk bertegur sapa. Tapi akan selalu ada
yang sabar seperti Orhan, menyalakan lilin
untuk mencairkan salju yang membeku
di jembatan perjumpaan
biar segala yang lindap dan tak terucap
dapat bersijingkat temukan jalan.


Sumber: Lumbung Perjumpaan (2011)

Analisis Puisi:
Puisi "Pamuk" karya Agus R. Sarjono merupakan sebuah karya sastra yang penuh dengan simbolisme dan perbandingan, serta mencerminkan perjuangan, identitas, dan refleksi dalam konteks dunia yang kompleks dan sering kali kontradiktif.

Salju sebagai Penghubung dan Simbol Emansipasi: Salju digambarkan sebagai elemen yang mempertemukan berbagai aspek dalam kehidupan, termasuk "orang sunyi" dan "puisi." Ini menciptakan perasaan kesatuan dan konektivitas, mengilustrasikan bagaimana seni (puisi) dapat mengatasi kesepian dan membangkitkan emansipasi. Kehadiran salju sebagai penengah mencerminkan ketenangan dan kebersamaan yang dihasilkan oleh karya sastra.

Pertentangan dalam Pasangan Cinta: Puisi ini menggambarkan keragaman konflik yang dapat muncul dalam hubungan cinta. Pernyataan "Bisakah manusia bahagia / sebagai pasangan cinta / menghuni rumah mungil berdua" menggarisbawahi kesulitan dan tantangan yang bisa timbul dalam menjalani hubungan yang harmonis. Penggambaran "perabot-perabot berat" dan "ideologi" sebagai hambatan dalam hubungan menyoroti kompleksitas dunia modern.

Sandiwara dan Ketidakpastian dalam Sejarah: Puisi ini merujuk pada sandiwara dan manipulasi dalam sejarah dan politik. Penggambaran remaja-remaja dan para pelaku dalam pertunjukan menggarisbawahi bagaimana tindakan-tindakan dramatis dan impulsif dapat menggulingkan fakta dan realitas yang ada.

Identitas dan Perubahan: Nama "Pamuk" yang berarti "kapas" dalam bahasa Turki mencerminkan perubahan, sejarah, dan kerentanannya dalam konteks sosial dan politik. Puisi ini menyoroti kerusuhan dan perubahan identitas dalam budaya dan masyarakat, dari kekuasaan politik hingga dinamika hubungan individu.

Perjalanan Menuju Diri Sendiri: Puisi ini menggambarkan perjalanan pencarian identitas dan jati diri, dari kelahiran hingga eksplorasi dan akhirnya kembali ke akar. Penggambaran "menenteng kopor ayah / tempat istana salju dan buku hitam catatan harian" mengilustrasikan bagaimana perjalanan fisik dan spiritual bisa membantu seseorang menyelami akar budaya dan menemukan hikayat yang mengarah ke rumah.

Kesulitan dan Harapan dalam Perjumpaan: Puisi ini menciptakan perasaan kesulitan dan tantangan dalam mencapai perjumpaan dan komunikasi yang sejati. Namun, ada harapan dan ketekunan dalam mengatasi hambatan-hambatan ini. Orhan, yang menciptakan cahaya melalui lilin untuk mencairkan salju membeku di jembatan perjumpaan, menggambarkan upaya seseorang dalam menyelami kompleksitas dunia dan menghadapi tantangan dengan ketabahan.

Puisi "Pamuk" oleh Agus R. Sarjono adalah sebuah karya yang kaya akan simbolisme dan perbandingan, menciptakan gambaran tentang perjuangan individu dan masyarakat dalam menghadapi kompleksitas dunia. Melalui penggambaran identitas, perubahan, dan refleksi, puisi ini mendorong pembaca untuk merenungkan makna dan tantangan hidup dalam konteks sejarah dan budaya yang beragam.

Agus R. Sarjono
Puisi: Pamuk
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.