Puisi: Anak yang Angkuh (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Anak yang Angkuh" karya W.S. Rendra menggambarkan dinamika kompleks hubungan antara orang tua dan anak, serta konflik yang mungkin ....
Anak yang Angkuh

Betapa dinginnya air sungai.
Dinginnya. Dinginnya!
Betapa dinginnya daging duka
yang membaluti tulang-tulangku.

Hai, anak!
Jangan bersandar juga di pohonan.
Masuklah, anak!
Di luar betapa dinginnya!

(Di luar angin menari putar-putar.
Si anak meraba punggung dan pantatnya.
Pukulan si Bapak nimbulkan dendam).

Masih terlalu kecil ia
digembungkan dadanya kecil
diangkatnya tinjunya kecil.
Amboi! Si jagoan kecil
menyusuri sungai darah.

Hai, anak!
Bara di matamu dihembusi angin.
Masuklah, anak!
Di luar betapa dinginnya!

(Daun-daun kecil pada gugur
dan jatuh atas rambutnya.
Si anak di jalan tolak pinggang.
Si jantan kecil dan angkuh).

Amboi, ingusnya masih juga!
Mengapa lelaki harus angkuh
minum dari puji dan rasa tinggi
dihangati darah yang kotor?

Hai, anak!
Darah ayah adalah di ototmu
senyumlah dan ayahmu akan lunak
di dada ini tak jagoan selain kau.

Dan satu senyum tak akan mengkhianati kata darah,
Masuklah, anak!
Di luar betapa dinginnya!

(Dengan langit sutra hitam
dan reranting patah di kakinya
si anak membusung tolak pinggang
kepala tegak dan betapa angkuhnya!)

Sumber: Ballada Orang-Orang Tercinta (1957)

Analisis Puisi:
Puisi "Anak yang Angkuh" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya sastra yang menciptakan gambaran tentang keangkuhan, perbedaan generasi, dan dinamika hubungan antara orang tua dan anak. Dalam puisi ini, penyair merenungkan tentang bagaimana keangkuhan anak dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap dunia dan bagaimana interaksi dengan orang tua mempengaruhi perkembangan mereka.

Gambaran Keangkuhan Anak: Puisi ini menggambarkan seorang anak yang angkuh, dengan gaya bahasa yang memperlihatkan keberanian dan sikap merasa hebat. Anak ini diilustrasikan sebagai seseorang yang berani mengekspresikan diri, meskipun dalam gambaran yang kontras dengan kecilnya usia dan ukuran fisiknya.

Dilema Orang Tua: Dalam puisi ini, seorang orang tua dengan nada khawatir dan penasaran mengajak anaknya untuk masuk ke dalam, mencoba menjaga anak dari bahaya dan hawa dingin di luar. Namun, anak itu tetap angkuh dan enggan untuk mengikuti nasihat orang tuanya.

Tegangan Generasi: Puisi ini menciptakan tegangan antara generasi yang berbeda. Orang tua mewakili kehati-hatian, kebijaksanaan, dan kepedulian, sementara anak melambangkan semangat muda, keberanian, dan keinginan untuk menjelajah dunia. Ini adalah cerminan dari konflik umum yang bisa muncul antara generasi yang lebih tua dan generasi yang lebih muda.

Perubahan dan Perkembangan: Puisi ini menggambarkan perubahan yang terjadi dalam diri anak. Awalnya, anak itu kecil dan digambarkan dengan kata-kata seperti "dada kecil," tetapi dia semakin menjadi "si jagoan kecil" yang berani menyusuri sungai darah dan mengekspresikan keangkuhannya.

Kritik terhadap Keangkuhan: Melalui puisi ini, penyair mungkin ingin mengkritik keangkuhan yang dapat muncul pada anak muda. Keangkuhan bisa menyebabkan ketidaksabaran, kurangnya pemahaman terhadap konsekuensi tindakan, dan sikap meremehkan pandangan orang tua atau pengalaman orang dewasa.

Pesan tentang Kerendahhatian dan Empati: Meskipun pesan puisi ini ditampilkan secara tersirat, pesan yang mendasari dapat diartikan sebagai pentingnya anak-anak menghormati orang tua, mendengarkan nasehat mereka, dan menjalani hidup dengan kerendahhatian. Ini juga mengajak kita untuk melihat dunia dari perspektif orang tua dan mencoba memahami pengalaman mereka.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Anak yang Angkuh
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.