Puisi: Aung San Suu Kyi (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Aung San Suu Kyi" karya Goenawan Mohamad merangkum makna kebebasan, perjuangan, dan harapan dalam konteks Burma (sekarang dikenal sebagai ...
Aung San Suu Kyi

Seseorang akan bebas dan akan selalu
sehijau kemarau.

Seseorang akan bebas dan sehitam asam
musim hujan.

Seseorang akan bebas dan akan lari
atau letih.

Dan langit akan sedikit dan bintang
beralih.

Dan antara tiang tujuh bendera dan pucuk pucat
pagoda.

Seseorang akan bebas dan sorga akan
tak ada.

Tapi barangkali seseorang akan bebas dan memandangi
tandan yang terjulai.

Tandan di pohon saputangan, tandan di tebing jalan
ke Mandalay.

1996-1997

Sumber: Sajak-Sajak Lengkap, 1961-2001 (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Aung San Suu Kyi" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya yang merangkum makna kebebasan, perjuangan, dan harapan dalam konteks Burma (sekarang dikenal sebagai Myanmar), terutama terkait dengan tokoh perlawanan demokratis Aung San Suu Kyi.

Simbolisme Kebebasan: Puisi ini menggambarkan cita-cita kebebasan dan perjuangan melalui penggunaan gambaran alam, seperti kemarau dan musim hujan. Kebebasan disimbolkan sebagai kemungkinan untuk membebaskan diri dari belenggu dan tekanan, seperti ketika musim hujan memberikan kesegaran kepada tanah yang kering.

Kontras dan Dualitas: Penyair menggunakan kontras antara warna dan kondisi alam untuk menggambarkan keadaan batin dan perjuangan seseorang. Hitam dan putih, kemarau dan hujan, lari dan letih—semua menggambarkan dinamika kehidupan dan perjuangan manusia.

Perjuangan dan Pengorbanan: Puisi ini menyoroti pengorbanan dan keteguhan hati seseorang dalam menghadapi rintangan dan penindasan. Meskipun langit gelap dan sorga tampak jauh, harapan masih ada di antara tandan-tandan yang terjulai. Ini mencerminkan keyakinan dalam perubahan dan pembebasan, meskipun melalui perjuangan yang panjang dan sulit.

Imajinasi dan Realitas: Ada elemen imajinasi dalam puisi ini, di mana langit dan bintang dapat berubah sesuai dengan kondisi dan perjuangan seseorang. Namun, ada juga keterikatan pada realitas yang keras, seperti tiang bendera dan pagoda, yang mungkin menjadi simbol kekuasaan dan penindasan yang harus dihadapi.

Penghormatan kepada Aung San Suu Kyi: Meskipun tidak secara langsung disebutkan, puisi ini secara tersirat menghormati perjuangan Aung San Suu Kyi dan perlawanan demokratisnya terhadap rezim militer di Myanmar. Tandannya, yang menggantung di pohon dan tebing jalan ke Mandalay, mungkin menggambarkan kekuatan dan keteguhan hati dalam perjuangan politik dan sosial.

Dengan demikian, puisi "Aung San Suu Kyi" karya Goenawan Mohamad bukan hanya sebuah puisi tentang kebebasan dan perjuangan, tetapi juga sebuah penghormatan kepada seorang pemimpin yang berani dan gigih dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan demokrasi.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Aung San Suu Kyi
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.