Puisi: Cerita buat Dien Tamaela (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Cerita buat Dien Tamaela" sarat akan imajinasi, mitos, dan kekuatan alam. Chairil Anwar dengan cermat memilih kata-kata untuk menciptakan ....
Cerita buat Dien Tamaela

Beta Pattiradjawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.

Beta Pattiradjawane
Kikisan laut
Berdarah laut.

Beta Pattiradjawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan.

Beta Pattiradjawane, menjaga hutan pala.
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.

Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.

Mari menari!
mari beria!
mari berlupa!

Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
beta kirim datu-datu!

Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau....

Beta Pattiradjawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.
1946

Sumber: Deru Campur Debu (1949)

Analisis Puisi:
Chairil Anwar, salah satu penyair terkemuka Indonesia, melalui puisi "Cerita buat Dien Tamaela," menghadirkan keindahan kata-kata dan imaji yang khas.

Judul, Cerita buat Dien Tamaela: Judul puisi ini memberikan kesan bahwa puisi ini ditujukan untuk seseorang bernama Dien Tamaela, menciptakan nuansa personal dan mungkin menunjukkan bahwa puisi ini memiliki nilai emosional atau pesan khusus.

Beta Pattiradjawane, Tokoh Sentral Tokoh sentral dalam puisi ini adalah Beta Pattiradjawane. Nama ini memberikan kesan bahwa tokoh tersebut memiliki kedudukan atau peran yang istimewa. Deskripsi tentang Beta yang menjaga hutan pala dan menjadi api di pantai memberikan gambaran tokoh yang memiliki keterkaitan erat dengan alam dan lingkungan sekitarnya.

Imaginasi dan Mitos: Puisi ini penuh dengan unsur imaginatif dan mitos. Beta Pattiradjawane digambarkan memiliki pengaruh kuat terhadap lingkungan, seperti kikisan laut yang berdarah dan kemampuan Beta untuk membuat pala mati. Mitos ini menciptakan atmosfer magis dalam puisi.

Ganggang Menari dan Tifa: Puisi menyajikan gambaran malam yang sunyi dengan ganggang yang menari sesuai irama tifa Beta. Gambaran ini memberikan nuansa mistis dan spiritualitas, menggambarkan keharmonisan antara alam dan Beta.

Pohon Pala dan Perawan: Metafora tentang pohon pala yang berubah menjadi perawan adalah gambaran tentang kehidupan yang dihidupkan oleh Beta. Pala, dalam konteks ini, dapat diasosiasikan dengan kehidupan atau kesuburan.

Aduan dan Ancaman: Terdapat elemen ancaman dan aduan dalam puisi ini, seperti peringatan agar tidak membuat Beta marah karena dapat menyebabkan pala mati dan Beta mengirim datu-datu. Ini menciptakan ketegangan dan menekankan kekuatan Beta.

Irama dan Api: Ada penggambaran irama ganggang dan api yang membakar pulau. Ini menciptakan suasana penuh gairah dan mungkin merujuk pada kekuatan serta semangat Beta yang meresap dalam lingkungan sekitar.

Puisi sebagai Penghormatan: Puisi ini mungkin juga diartikan sebagai bentuk penghormatan atau pemberian identitas pada Dien Tamaela, seolah-olah membangkitkan kekuatan dan ketangguhan karakternya melalui tokoh Beta Pattiradjawane.

Puisi "Cerita buat Dien Tamaela" adalah karya yang sarat akan imajinasi, mitos, dan kekuatan alam. Chairil Anwar dengan cermat memilih kata-kata untuk menciptakan sebuah lukisan kata yang memikat, memperlihatkan kekayaan bahasa dan keunikan gaya sastra penyair besar Indonesia ini.

Chairil Anwar
Puisi: Cerita buat Dien Tamaela
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.