Puisi: Kepada Kawan (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Kepada Kawan" memancarkan semangat keberanian, pembebasan diri, dan penolakan terhadap pembatasan. Puisi ini mengajak pembaca untuk .....
Kepada Kawan


Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang 'tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,

belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah terkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!

Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan,
Peluk kecup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
Mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, 'kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!


30 November 1946

Sumber: Deru Campur Debu (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Kawan" adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar yang didedikasikan untuk seorang kawan. Puisi ini bercerita tentang persahabatan dan nasihat tentang bagaimana menghadapi kehidupan. Chairil Anwar memulai dengan mengajak pembacanya untuk menikmati masa mudanya dengan menikmati setiap detiknya tanpa menyia-nyiakan waktu. Ia juga mengingatkan pembaca untuk menyadari bahwa ajal tidak dapat diprediksi.

Puisi ini menggunakan majas dan diksi atau pilihan kata-kata yang tepat untuk menciptakan suasana yang mampu menyentuh hati.

Puisi "Kepada Kawan" memiliki beberapa hal menarik yang dapat ditemukan dalam bait-baitnya. Berikut adalah beberapa poin menarik dari puisi tersebut:
  1. Kesadaran akan kematian: Puisi ini menggambarkan kesadaran akan kehadiran ajal atau kematian yang mendekat. Penyair menyoroti bahwa ajal dapat datang secara tiba-tiba dan tanpa peringatan, sehingga kita perlu mengambil tindakan saat masih memiliki waktu.
  2. Semangat untuk menjalani hidup dengan penuh keberanian: Puisi ini mengajak untuk menjalani hidup dengan penuh semangat dan keberanian. Penyair mendorong pembaca untuk memaksimalkan pengalaman hidup, menjelajahi dunia, menghadapi tantangan, dan melakukan hal-hal yang menantang.
  3. Penolakan terhadap pembatasan waktu: Penyair menolak untuk terikat oleh konvensi waktu seperti siang dan malam. Puisi ini menggambarkan kebebasan untuk menjalani hidup tanpa terikat oleh batasan waktu yang seringkali membatasi pengalaman dan kehidupan seseorang.
  4. Menghancurkan dan meninggalkan jejak: Puisi ini menekankan pada pentingnya menghancurkan apa yang telah dilakukan dan meninggalkan jejak yang kuat. Penyair menunjukkan semangat revolusioner dan menantang konvensi dengan menghancurkan apa yang sudah ada dan menciptakan perubahan.
Puisi "Kepada Kawan" memancarkan semangat keberanian, pembebasan diri, dan penolakan terhadap pembatasan. Puisi ini mengajak pembaca untuk menjalani hidup secara penuh, berani, dan membangun jejak yang kuat dalam pengalaman hidup.

Chairil Anwar
Puisi: Kepada Kawan
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.