Puisi: Persetujuan dengan Bung Karno (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Persetujuan dengan Bung Karno" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang mengekspresikan penghargaan dan perasaan keterhubungan ....
Persetujuan dengan Bung Karno


Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu,
    dipanggang di atas apimu, digarami lautmu

Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh.


1948

Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Persetujuan dengan Bung Karno" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang mengekspresikan penghargaan dan perasaan keterhubungan antara penyair dengan tokoh nasional Bung Karno (Sukarno), yang dikenal sebagai proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia. Puisi ini menciptakan gambaran tentang peran penting Bung Karno dalam pembentukan negara Indonesia dan mencerminkan penghormatan serta persatuan dengan tokoh tersebut.

Pergaulan dengan Bung Karno: Puisi ini dimulai dengan ajakan kepada Bung Karno untuk bersatu dan membuat janji bersama. Penyair merujuk pada durasi waktu yang lama yang telah mereka habiskan dengan bicara dan berinteraksi. Penggunaan kata-kata "dipanggang di atas apimu, digarami lautmu" menciptakan gambaran tentang perjalanan panjang dan pengalaman yang beragam dalam perjuangan bersama.

Identifikasi Diri dengan Bung Karno: Penyair secara kuat mengidentifikasikan dirinya dengan Bung Karno melalui penggunaan kata "aku" yang berulang-ulang dalam puisi ini. Ia menyatakan bahwa mereka adalah "satu zat satu urat," menggambarkan rasa persatuan, kesatuan, dan kebersamaan dalam perjuangan untuk kemerdekaan dan pembangunan negara.

Simbolisme Kapal: Simbolisme kapal digunakan dalam puisi ini untuk menggambarkan peran Bung Karno dan perjuangan Indonesia dalam mencapai tujuan dan visi bersama. Kapal melambangkan perjalanan, pergerakan, dan pengarahan menuju arah yang diinginkan. Di sini, kapal juga mewakili nasib dan masa depan Indonesia yang mereka bantu membentuk dan membawa menuju pencerahan.

Penggunaan Bahasa yang Kuat: Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang kaya untuk menggambarkan rasa penghargaan dan persatuan dengan Bung Karno. Pilihan kata-kata seperti "api" dan "laut" menciptakan gambaran tentang semangat dan ketahanan, serta pengaruh besar yang dimiliki Bung Karno dalam perjuangan bangsa.

Pencapaian Bersama: Puisi ini menciptakan kesan bahwa persetujuan antara penyair dan Bung Karno adalah hasil dari perjuangan bersama menuju kemerdekaan dan pembangunan. Mereka telah bergerak bersama, menavigasi tantangan dan kesulitan, seperti kapal-kapal yang bertolak dan berlabuh, mencapai tujuan mereka.

Puisi "Persetujuan dengan Bung Karno" karya Chairil Anwar adalah sebuah penghargaan yang kuat terhadap perjuangan dan peran Bung Karno dalam pembentukan negara Indonesia. Melalui penggunaan bahasa yang penuh makna dan simbolisme, penyair menggambarkan rasa persatuan, penghormatan, dan pengaruh positif yang dimiliki oleh Bung Karno. Puisi ini tidak hanya merayakan perjuangan masa lalu, tetapi juga menginspirasi semangat persatuan dan kesatuan dalam pembangunan masa depan negara.

Chairil Anwar
Puisi: Persetujuan dengan Bung Karno
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.