Puisi: Sia-Sia (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Sia-Sia" karya Chairil Anwar menggambarkan dinamika perasaan cinta yang rumit dan kontradiktif. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan ....
Sia-Sia
(Versi Deru Campur Debu)


Penghabisan kali itu kau datang
membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci.
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.

Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.

Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.

Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.


Sia-Sia
(Versi Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus)


Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan Suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu.

Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti

Sehari kita bersama. Tak hampir-menghampiri

Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

 
Februari, 1943

Analisis Puisi:
Puisi "Sia-Sia" karya Chairil Anwar menggambarkan dinamika perasaan cinta yang rumit dan kontradiktif. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan bagaimana perasaan cinta dapat berubah menjadi kebingungan dan kesia-siaan, meskipun awalnya terlihat sangat berarti dan indah.

Pergeseran Emosi dari Keindahan hingga Kekecewaan: Puisi ini dimulai dengan gambaran yang indah dan berbunga-bunga: "Mawar merah dan melati putih: / darah dan suci." Penggunaan simbol mawar merah dan melati putih mewakili kontras antara keindahan dan kesucian, serta mencerminkan cinta yang mengandung elemen kegembiraan dan kepolosan. Namun, pergeseran cepat terjadi ketika perasaan cinta tersebut berakhir dalam kekecewaan yang dalam.

Pertanyaan dan Ketidakpahaman: Pada baris selanjutnya, terdapat pertanyaan yang saling ditukar antara dua orang yang sedang merasakan perasaan ini: "Sudah itu kita sama termangu / Saling bertanya: Apakah ini?" Pertanyaan ini mencerminkan ketidakpahaman tentang esensi dan sifat perasaan cinta yang mereka alami. Meskipun ada kehadiran bunga-bunga dan tanda-tanda cinta, namun mereka tak dapat memahami apa yang sebenarnya mereka rasakan.

Kontras Antara Kehadiran dan Kekosongan: Baris "Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri." menunjukkan perbedaan antara kehadiran fisik dan kedekatan emosional yang sesungguhnya. Meskipun berada dalam satu tempat, kedua individu tersebut merasa jauh secara emosional. Ini menciptakan perasaan kekosongan dan ketidakpuasan.

Penuh Emosi dan Ketidakpuasan: Pada akhir puisi, penyair mengungkapkan perasaan pahit yang diakibatkan oleh kekecewaan: "Ah! Hatiku yang tak mau memberi / Mampus kau dikoyak-koyak sepi." Ekspresi "mampus kau dikoyak-koyak sepi" mencerminkan kegagalan dan rasa frustasi akibat perasaan yang telah sia-sia dan patah hati.

Puisi "Sia-Sia" oleh Chairil Anwar menggambarkan perjalanan emosional dari cinta yang awalnya indah menjadi kebingungan dan kekecewaan. Penggunaan simbol dan kontras dalam puisi ini membantu menciptakan suasana yang penuh emosi dan kompleks. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kerumitan perasaan cinta dan bagaimana perasaan tersebut dapat berubah dari kebahagiaan menjadi kesia-siaan.

Chairil Anwar
Puisi: Sia-Sia
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.