Puisi: Mencari Musim (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Mencari Musim" karya Diah Hadaning menggambarkan perasaan kekecewaan dan perubahan dalam hidup seorang petani muda.
Mencari Musim


Seorang petani muda runtuh dunia
kehilangan mimpi pengantin
sawah raib menjelang panen
sudah dihitung hari di peta waktu
tapi musim bicara lain
tegur sapa nafas Pantura
yang dulu dikirimkan
lewat angin pesisir
hari ini jejak di pasir
ombak laut pun hilang desir
laut tidur, tanya bocah di pinggir tanggul
laut kirim gemuruh ombak, nang
bocah tak ingin jadi petani muda
tak ingin hilang mimpi pengantin.


Bogor, Februari 2002

Analisis Puisi:
Puisi "Mencari Musim" karya Diah Hadaning adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan kekecewaan dan perubahan dalam hidup seorang petani muda. Puisi ini merenungkan tentang perubahan musim, harapan yang hilang, dan ketidakpastian dalam kehidupan.

Petani Muda: Puisi ini menciptakan gambaran seorang petani muda yang sedang mengalami krisis dalam hidupnya. Dia mungkin memiliki impian untuk menjadi pengantin dan berhasil dengan hasil panen sawahnya. Namun, harapannya hancur dan dia merasa seperti dunianya runtuh.

Kerugian di Sawah: Penyair menggambarkan bahwa sawahnya telah "raib menjelang panen," yang menciptakan gambaran tentang kerugian yang besar dalam hidupnya. Kejadian ini mungkin mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh petani dalam menghadapi bencana alam atau perubahan iklim yang mendadak.

Perubahan Musim: Puisi ini menyoroti perubahan musim yang tidak selalu sesuai dengan harapan dan rencana kita. Musim, dalam puisi ini, adalah metafora dari perubahan dan ketidakpastian dalam kehidupan. Ini menciptakan gambaran tentang bagaimana harapan dapat hancur oleh perubahan yang tak terduga.

Nafas Pantura: Penyair merujuk pada "nafas Pantura," yang mungkin menggambarkan angin yang bertiup dari pantai utara Jawa. Ini adalah elemen alam yang menunjukkan betapa kuatnya hubungan antara manusia dan alam dalam kehidupan sehari-hari.

Perubahan dan Harapan Hilang: Puisi ini merenungkan tentang perubahan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan dan bagaimana harapan yang sebelumnya kuat dapat hilang dengan cepat. Pada awalnya, petani muda memiliki harapan besar, tetapi sekarang dia merasa seperti harapannya telah terkubur dalam pasir.

Kesimpulan Terbuka: Puisi ini berakhir dengan bocah yang tidak ingin menjadi petani muda, mungkin sebagai cerminan dari kerugian yang dialami oleh petani tersebut. Kesimpulan puisi ini terbuka dan memungkinkan pembaca untuk merenungkan arti yang lebih dalam. Apakah bocah ini adalah simbol dari harapan yang masih ada, atau apakah ini mencerminkan perubahan yang tak terhindarkan dalam masyarakat petani?

Puisi "Mencari Musim" adalah pengingat tentang betapa rentannya kehidupan manusia terhadap perubahan alam dan betapa cepatnya harapan dapat hancur. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang bagaimana manusia beradaptasi dengan perubahan dan ketidakpastian dalam hidup.

"Puisi: Mencari Musim (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Mencari Musim
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.