Puisi: Terlahir Kembali (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Terlahir Kembali" karya Diah Hadaning merenungkan tentang proses pencarian identitas dan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan ...
Terlahir Kembali


Aku pematung kehilangan pethel
tak bisa lagi membuat keindahan
awali pengembaraan panjang
mencari kayu buat hulu
mencari baja buat mata.

Menyusuri abad-abad
bertanya kepada orang-orang
yang masih menyimpan kesucian
dalam rongga kehidupan
mereka selalu garis lingkaran
di udara yang bertuba.

Abad-abad mengajari dengan sabar
aku mulai mengeja makna-makna
telah kutemukan ujung kidung
satukan bumi dan langit
dalam putik kalbu yang hanya satu.

Menyusuri windu-windu 
bertanya kepada para wiku
yang simpan kebeningan
harapan ada dalam dadamu sendiri
kenapa kaki henti mencari
Sang Penentu hanya Gusti.

Kintamani, 1998

Analisis Puisi:
Puisi "Terlahir Kembali" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang merenungkan tentang proses pencarian identitas dan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan eksistensi manusia.

Pencarian Identitas: Puisi ini membuka dengan penyair yang menyatakan dirinya sebagai "pematung kehilangan pethel" dan merasa tidak mampu lagi untuk "membuat keindahan." Ini menunjukkan perasaan penyair bahwa ia telah kehilangan sesuatu yang penting dalam dirinya dan merasa terputus dari kreativitas atau potensinya.

Pengembaraan Spiritual: Penyair menggambarkan pengembaraan panjangnya dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk "membuat keindahan." Pengembaraan ini tidak hanya fisik, tetapi juga spiritual. Penyair mencari makna dan tujuan dalam kehidupan.

Pertanyaan dan Pembelajaran: Penyair menyusuri berbagai abad dan bertanya kepada orang-orang yang masih "menyimpan kesucian" dalam rongga kehidupan. Hal ini mencerminkan dorongan penyair untuk memahami nilai-nilai yang mungkin telah hilang atau terlupakan dalam perjalanan hidupnya. Penyair juga menunjukkan kerendahan hatinya untuk belajar dari mereka yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan.

Kesadaran atas Kebenaran Diri: Dalam penjelajahannya, penyair akhirnya "mengeja makna-makna" dan menemukan "ujung kidung." Ini menunjukkan sebuah momen pencerahan atau pemahaman mendalam tentang dirinya sendiri. Penyair menyatukan "bumi dan langit" dalam "putik kalbu yang hanya satu." Hal ini mencerminkan sebuah pemahaman mendalam tentang persatuan atau kesatuan dalam eksistensi manusia.

Keberkahan dan Kesucian: Penyair menyusuri windu-windu dan bertanya kepada para wiku yang simpan "kebeningan." Dalam pertanyaan ini, terkandung sebuah pesan bahwa harapan dan pemahaman sejati dapat ditemukan dalam diri sendiri. Penyair mengakui bahwa hanya Tuhan (Gusti) yang memiliki kendali atas kehidupan.

Puisi "Terlahir Kembali" adalah sebuah eksplorasi tentang pencarian makna dan identitas dalam kehidupan. Penyair merenungkan perjalanan panjang dalam mencari pemahaman dan akhirnya menemukan kebenaran dalam kesederhanaan dan keagungan Tuhan. Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual penyair dan pencariannya untuk "terlahir kembali" dalam pemahaman yang lebih dalam tentang eksistensi manusia.

Puisi: Terlahir Kembali
Puisi: Terlahir Kembali
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.