Puisi: Pulang (Karya Agam Wispi)

Puisi "Pulang" karya Agam Wispi mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas perasaan manusia di tengah perubahan zaman yang cepat.
Pulang

Di mana kau pohonku hijau
di sini aku sudah jadi batu
Hai perantau darimana kau
darimana saja aku mau melekat jadi debu
di karet, di karet katamu
Wahai chairil apa kau masih di situ
atau lenyap dipasok batu
atau senyap sebelum tahun 2000

Ya Banda mengena juga yang kau bilang
tak seorang berniat pulang
pulang? Kemana harus pulang
si burung samudera tanpa sarang
bangga aku teringat Sujoyono berani menuding
dan bilang untung aku bukan anjing
ini juga modernisasi globalisasi
kata-kata jadi kering kebudayaan baru
dari bawah sampai atas
tukang peras atau maling.

Puisi hanya kaulah lagi tempatku pulang
Puisi hanya kaulah pacarku terbang
Puisi generasi baru yang bijak bestari menerjang
keras bagai granit cintanya bagai laut menggelombang

Di mana kau pohonku hijau
dalam puisimu wahai perantau
dalam cintamu jauh di pulau.

1996

Analisis Puisi:
Puisi "Pulang" karya Agam Wispi adalah sebuah karya yang menggambarkan kerinduan akan tempat asal, perasaan terasing, dan pencarian identitas di tengah perubahan zaman dan globalisasi. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang kuat, Agam Wispi menciptakan gambaran yang mendalam tentang kehampaan dan kebingungan di dalam diri manusia modern.

Kerinduan akan Tempat Asal: Puisi ini mengungkapkan rasa kerinduan yang mendalam akan tempat asal, diwakili oleh gambaran "pohon hijau". Pohon menjadi simbol keberadaan dan akar, menggambarkan keinginan untuk kembali ke akar-akar kehidupan yang sejati.

Perasaan Terasing dan Kesendirian: Puisi ini mencerminkan perasaan terasing dan kesendirian, diwakili oleh perbandingan "sudah jadi batu" dengan "pohon hijau". Perantauan dan perubahan zaman membuat pelaku puisi merasa terasing dari lingkungannya dan merindukan keadaan sebelumnya.

Tantangan Identitas: Dalam konteks globalisasi, puisi ini menghadirkan tantangan identitas yang kompleks. Pelaku puisi merasa kehilangan akar dan identitasnya di tengah arus perubahan yang terjadi, yang tercermin dari pernyataan "tak seorang berniat pulang" dan "pulang? Kemana harus pulang".

Puisi sebagai Tempat Pulang: Puisi diangkat sebagai tempat yang dapat memberikan rasa "pulang" dan kedamaian, serta sebagai bentuk ekspresi untuk mengekspresikan perasaan-perasaan yang kompleks dan terkait dengan identitas dan perubahan.

Kritik terhadap Modernisasi dan Globalisasi: Puisi ini juga mengandung kritik terhadap dampak modernisasi dan globalisasi terhadap budaya dan identitas lokal. Perubahan zaman dan perubahan budaya dianggap sebagai ancaman terhadap identitas dan budaya tradisional.

Dengan demikian, puisi "Pulang" bukan hanya menggambarkan perasaan rindu dan kebingungan, tetapi juga menyampaikan kritik sosial terhadap dampak modernisasi dan globalisasi terhadap identitas dan budaya lokal. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas perasaan manusia di tengah perubahan zaman yang cepat.

Agam Wispi
Puisi: Pulang
Karya: Agam Wispi
© Sepenuhnya. All rights reserved.