Puisi: Malam di Toraja (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Malam di Toraja" karya Acep Zamzam Noor menggambarkan keindahan dan keragaman alam serta budaya di Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia.
Malam di Toraja


Bayang-bayang berkelebat
Di antara hijau air dan rimbun kabut
Bulan pada permukaan sungai
Seperti nilam yang berkilauan
Di pelupuk mata. Langit merendah
Tanah mendedahkan kubur
Membuka jalan lempang
Ke sorga. Tahun-tahun datang
Abad-abad pergi
Mencari tengkorak
Dan botol arak

Daun-daun melambai
Jauh ke ceruk sunyi
Kunang-kunang di sekujur bukit
Seperti hamburan manik-manik
Dari sorga. Gambar-gambar binatang
Jejak-jejak kaki, tapak-tapak tangan
Ukiran-ukiran batu, patung-patung logam
Getah-getah damar serta wewangian
Hutan. Angin membentuk garis salib
Dingin merapalkan mantera gaib
Pada keranda dan pintu goa:
Kerbau-kerbau tegak
Babi-babi tiarap

Lalu keabadian tersimpan
Di atas bubungan
Kabut keemasan dan bayang-bayang
Saling berkejaran seperti asap
Dengan api. Betapa megah dan ganjil
Alangkah riuh namun hening
Tarian dan nyanyian
Detik-detik yang berjatuhan
Ke haribaan subuh. Angin kencang
Udara dipenuhi serbuk kopi
Bau daging bakar dan asap warna-warni
Dari sesaji demi sesaji

Fajar adalah hamburan manik-manik
Dari surga


Sumber: Membaca Lambang (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Malam di Toraja" karya Acep Zamzam Noor menggambarkan keindahan dan keragaman alam serta budaya di Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia. Penyair menggambarkan pemandangan alam, kehidupan spiritual, dan unsur-unsur kebudayaan yang khas dalam rangkaian imaji yang kuat.

Keindahan Alam dan Spiritualitas: Puisi ini membawa pembaca ke dalam pemandangan malam di Toraja, yang dihiasi oleh berbagai elemen alam. Gambaran "bulan pada permukaan sungai / seperti nilam yang berkilauan / di pelupuk mata" menggambarkan keindahan alam yang memukau, sementara "langit merendah / tanah mendedahkan kubur" menunjukkan hubungan antara alam dan spiritualitas.

Simbolisme Budaya dan Spiritual: Penyair memasukkan unsur-unsur budaya Toraja yang khas, seperti ukiran-ukiran batu, patung-patung logam, dan getah damar. Simbolisme ini menunjukkan hubungan antara manusia, alam, dan roh-roh leluhur. Kehadiran jejak-jejak kaki dan tapak-tapak tangan di alam menjadi metafora bagi jejak sejarah dan warisan budaya yang terus hidup.

Ritual dan Kehidupan Kultural: Puisi ini juga menggambarkan ritus dan kehidupan kultural di Toraja, seperti upacara pemakaman yang megah dan berwarna-warni. Unsur-unsur ini diceritakan dengan sentuhan estetika yang mendalam, seperti "angin membentuk garis salib" dan "detik-detik yang berjatuhan / ke haribaan subuh." Hal ini mencerminkan perpaduan antara spiritualitas dan kehidupan sehari-hari.

Harmoni Alam dan Manusia: Puisi ini menciptakan gambaran harmoni antara alam dan manusia, serta antara dunia nyata dan spiritual. Deskripsi tentang "kabut keemasan dan bayang-bayang / saling berkejaran seperti asap / dengan api" menggambarkan perpaduan alam dan kebudayaan dalam keseluruhan eksistensi.

Puisi "Malam di Toraja" karya Acep Zamzam Noor membawa pembaca dalam perjalanan indah ke Toraja, menggambarkan keindahan alam, kehidupan spiritual, dan budaya yang kaya. Penyair berhasil memadukan unsur-unsur alam, budaya, dan spiritualitas dalam imaji-imaji yang kuat, membangun gambaran yang penuh makna dan mengundang pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan alam dan warisan budayanya.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Malam di Toraja
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.