Puisi: Saint-Exupery (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Saint-Exupery" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah refleksi tentang perbedaan antara pandangan dunia anak-anak dan orang dewasa. Puisi ini ....
Saint-Exupery

Seorang penulis buku anak
dengan indah telah meminta maaf
pada anak-anak, karena cerita untuk mereka
dengan terpaksa, pada orang dewasa
dipersembahkan. Ada sekian alasan
dan sebab: yang utama, tentunya
karena orang dewasa paling banyak
kehilangan. Misalnya saja warna-warna
di alam semesta. Makin dewasa
makin sedikit warna tersisa bagi manusia
yakni warna-warna dasar yang sederhana
karena warna pelangi, warna berseri
warna terang, cerah, dan norak
hanya milik dunia anak-anak.

Belum lagi kehilangan yang lebih mencekam
: otot, gairah, mimpi, usia muda,
rasa ingin tahu, khayalan, rasa heran,
kekaguman paripurna pada dunia
yang masih segar dicipta
belum diterjemahkan jadi angka-angka
kering dan kejam di pasar saham.

Setiap anak dilahirkan sebagai pangeran kecil
gemilang dalam cahaya gemintang mungil
Mereka segera jadi kaum papa jelata
begitu ia menjelma jadi dewasa,
tak peduli berapa istana ia punya,
berapa timbunan harta dalam simpanan.
Karena hanya pada kanak, bintang
di angkasa merasa punya hubungan
rubah di hutan merasa berteman.

Orang dewasa berdiam di jauhan
dengan bedil di tangan: lelah, cemas,
dan siaga. Tak melihat hubungan lain
dengan kehidupan selain jadi pemburu
atau diburu. Tak putus-putus mabuk
untuk menghapus rasa malu
karena telah menjadi pemabuk.

Maka kepada anak-anak tolong maafkan
bila bahkan buku untuk kalian
kepada orang dewasa dipersembahkan.
Kasihanilah kami orang dewasa
yang begitu banyak kehilangan.
Yang terbesar dan tak tergantikan
adalah hilangnya masa kanak
anugerah terindah dari kehidupan
yang begitu lekas musnah
dan menyilam.

Sumber: Lumbung Perjumpaan (2011)

Analisis Puisi:
Puisi "Saint-Exupery" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah refleksi tentang perbedaan antara pandangan dunia anak-anak dan orang dewasa. Puisi ini mengambil inspirasi dari karya-karya Antoine de Saint-Exupery, khususnya "The Little Prince" (Le Petit Prince), yang memiliki pesan-pesan filosofis dan moral yang dalam. Puisi ini mengeksplorasi konsep kehilangan, perubahan, dan pandangan hidup yang berbeda antara kedua kelompok usia tersebut.

Pandangan Anak-anak dan Orang Dewasa: Puisi ini mencerminkan perbedaan pandangan dunia antara anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak dianggap memiliki kemampuan untuk melihat dan menghargai keindahan dunia dengan warna-warna yang penuh keceriaan. Namun, seiring pertambahan usia, orang dewasa kehilangan kemampuan ini dan menjadi terjebak dalam dunia yang lebih kering dan datar, terutama karena tuntutan dan tekanan dalam kehidupan dewasa.

Kehilangan dalam Kehidupan Orang Dewasa: Puisi ini menyoroti berbagai macam kehilangan yang dialami oleh orang dewasa seiring dengan pertambahan usia. Kehilangan warna, gairah, kreativitas, rasa ingin tahu, dan kekaguman pada dunia disimbolkan sebagai hilangnya aspek-aspek vital dalam kehidupan. Orang dewasa terjebak dalam rutinitas dan kehidupan yang membosankan, yang membuat mereka merasa kehilangan makna dan semangat.

Kritik terhadap Materialisme dan Kehilangan Masa Kanak: Puisi ini juga mengkritik orientasi materialistik dan fokus pada harta benda dalam kehidupan orang dewasa. Meskipun memiliki banyak harta dan kemewahan, orang dewasa merasa kehilangan esensi kehidupan dan masa kanak yang penuh dengan keajaiban dan khayalan. Puisi ini menyiratkan bahwa masa kanak adalah masa yang penuh dengan hubungan yang lebih bermakna dengan alam dan sesama.

Hubungan dengan Alam dan Kehidupan: Puisi ini menggambarkan anak-anak sebagai pangeran kecil yang memiliki hubungan yang lebih dekat dengan alam dan dunia sekitarnya. Mereka memiliki kemampuan untuk merasa terhubung dengan bintang dan binatang, sementara orang dewasa lebih terasing dari hubungan tersebut karena terlalu terikat dengan tuntutan dan keterbatasan dunia dewasa.

Pengharapan dan Permintaan Maaf: Puisi ini mengakhiri dengan permintaan maaf dari penulis kepada anak-anak karena kenyataan bahwa cerita-cerita yang seharusnya ditujukan untuk mereka justru lebih banyak diserahkan kepada orang dewasa. Hal ini mencerminkan keprihatinan penulis terhadap hilangnya rasa keajaiban dan pandangan hidup yang lebih sederhana di kalangan orang dewasa.

Puisi "Saint-Exupery" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah karya yang mendalam dan merenungkan tentang perbedaan pandangan dunia antara anak-anak dan orang dewasa. Puisi ini mengkritik kehilangan esensi dan warna dalam hidup orang dewasa yang sering kali terjebak dalam kehidupan yang kering dan monoton. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali pentingnya mempertahankan rasa keajaiban dan hubungan yang dalam dengan alam, terutama saat menghadapi tuntutan dan tekanan dalam kehidupan dewasa.

Agus R. Sarjono
Puisi: Saint-Exupery
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.