Puisi: Ziarah (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Ziarah" karya Sapardi Djoko Damono mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan antara generasi, kenangan, dan perjalanan ke masa lalu.
Ziarah

Kita berjingkat lewat
jalan kecil ini
dengan kaki telanjang; kita berziarah
ke kubur orang-orang yang telah melahirkan kita.
Jangan sampai terjaga mereka!
Kita tak membawa apa-apa. Kita
tak membawa kemenyan atau pun bunga
kecuali seberkas rencana-rencana kecil
(yang senantiasa tertunda-tunda) untuk
kita sombongkan kepada mereka.
Apakah akan kita jumpai wajah-wajah bengis,
atau tulang belulang, atau sisa-sisa jasad mereka
di sana? Tidak, mereka hanya kenangan.
hanya batang-batang cemara yang menusuk langit
yang akar-akarnya pada bumi keras.
Sebenarnya kita belum pernah mengenal mereka;
ibu-bapak kita yang mendongeng
tentang tokoh-tokoh itu, nenek moyang kita itu,
tanpa menyebut-nyebut nama.
Mereka hanyalah mimpi-mimpi kita,
kenangan yang membuat kita merasa
pernah ada.
Kita berziarah; berjingkatlah sesampai
di ujung jalan kecil ini:
sebuah lapangan terbuka
batang-batang cemara
angin.
Tak ada bau kemenyan tak ada bunga-bunga;
mereka telah tidur sejak abad pertama,
semenjak Hari Pertama itu.
Tak ada tulang-belulang tak ada sisa-sisa
jasad mereka.
Ibu-bapa kita sungguh bijaksana, terjebak
kita dalam dongengan nina-bobok.
Di tangan kita berkas-berkas rencana,
di atas kepala
sang Surya.
1967

Sumber: Horison (Februari, 1969)

Analisis Puisi:
Puisi "Ziarah" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan antara generasi, kenangan, dan perjalanan ke masa lalu.

Tema Ziarah dan Kenangan: Tema utama dalam puisi ini adalah "ziarah" ke makam leluhur, yang dalam hal ini merupakan sebuah perjalanan ke masa lalu dan kenangan tentang nenek moyang dan orang-orang yang telah menjadi bagian dari sejarah keluarga dan kehidupan pembaca. Puisi ini membahas pemahaman kita tentang masa lalu, keturunan, dan warisan budaya yang kita bawa.

Perjalanan Fisik dan Metafora: Puisi ini menciptakan citra perjalanan fisik melalui "jalan kecil" dan "kaki telanjang" ke makam nenek moyang. Namun, perjalanan ini juga menjadi sebuah metafora untuk perjalanan spiritual dan introspeksi. Ziarah menjadi sarana untuk merenungkan kenangan dan hubungan dengan nenek moyang.

Tidak Ada Harapan Fisik dalam Ziarah: Penyair menekankan bahwa ziarah tersebut tidak membawa barang fisik seperti kemenyan atau bunga. Ini menekankan bahwa tujuan utama perjalanan ini adalah mengenang dan merenungkan, bukan sekadar melakukan ritual tradisional. Puisi ini menggambarkan perjalanan dengan "berkas-berkas rencana kecil" yang merupakan impian dan harapan yang tertunda dalam hidup.

Tidak Ada Sisa-Sisa Fisik dari Nenek Moyang: Penyair menjelaskan bahwa di makam nenek moyang, tidak ditemukan "tulang-belulang" atau "sisa-sisa jasad mereka." Ini menggambarkan bahwa apa yang benar-benar kita temui di makam adalah kenangan dan warisan mereka, bukan benda fisik.

Kenangan dan Dongeng: Penyair menggambarkan bahwa kita hanya mengenal nenek moyang kita melalui cerita-cerita yang diceritakan oleh orang tua kita. Mereka adalah "mimpi-mimpi kita" dan "kenangan yang membuat kita merasa pernah ada." Ini menggambarkan bagaimana kenangan dan dongeng keluarga menjadi cara kita terhubung dengan generasi sebelum kita.

Penutup yang Abstrak: Puisi ini berakhir dengan gambaran yang lebih abstrak tentang lapangan terbuka, batang-batang cemara, dan angin. Ini mungkin menciptakan perasaan hening dan refleksi setelah perjalanan ziarah, di mana pembaca ditinggalkan untuk merenungkan hubungan mereka dengan masa lalu dan kenangan.

Gaya Bahasa dan Penyampaian: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana dan gambaran yang kuat dalam puisi ini. Gaya bahasanya menciptakan perasaan kerendahan hati dan introspeksi, mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan nenek moyang dan masa lalu.

Puisi "Ziarah" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya sastra yang mendalam tentang kenangan, warisan keluarga, dan hubungan dengan masa lalu. Ia mengajak pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam dari ziarah fisik dan menghubungkannya dengan hubungan spiritual dan emosional terhadap nenek moyang.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Ziarah
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.