Puisi: Sehabis Mengantar Jenazah (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Sehabis Mengantar Jenazah" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan gambaran perasaan setelah mengantar jenazah, mengundang pembaca untuk ....
Sehabis Mengantar Jenazah

masih adakah yang akan kautanyakan
tentang hal itu? hujan pun sudah selesai
sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap
di bawah bunga-bunga menua, matahari yang senja

pulanglah dengan payung di tangan, tertutup
anak-anak kembali bermain di jalanan basah
seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh
barangkali kita tak perlu tua dalam tanda Tanya

masih adakah? alangkah angkuhnya langit
alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita
seluruhnya, seluruhnya kecuali kenangan
pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba.

1967

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:
Puisi "Sehabis Mengantar Jenazah" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan gambaran perasaan setelah mengantar jenazah, mengundang pembaca untuk merenung tentang perjalanan hidup dan kematian serta hubungan manusia dengan dunia dan waktu. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti kehidupan dan kematian.

Tema: Tema utama puisi ini adalah perjalanan hidup dan kematian, penghormatan terakhir, dan refleksi tentang waktu dan eksistensi manusia. Puisi ini menggambarkan momen setelah mengantar jenazah dan merenungkan makna dan tanda tanya tentang hidup dan kematian.

Pesan Sentral: Pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini adalah refleksi tentang sifat sementara dan keterbatasan manusia di hadapan waktu dan kehidupan. Puisi ini menggambarkan perasaan setelah mengantar jenazah, di mana kehidupan dan kematian dihadapkan dengan kerendahan hati dan pengertian akan siklus alamiah.

Bahasa dan Gaya Sastra: Puisi ini menggunakan bahasa sederhana namun dalam, dengan imaji yang kuat dan simbolisme yang mendalam. Gaya bahasanya memungkinkan pembaca merenung tentang arti dari kata-kata dan gambaran yang digambarkan dalam puisi.

Imaji dan Simbolisme:
  • "hujan pun sudah selesai sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap di bawah bunga-bunga menua, matahari yang senja": Menggambarkan peralihan waktu dan perasaan setelah mengantar jenazah, mengaitkan hujan dan senja sebagai simbol aliran waktu dan perubahan.
  • "pulanglah dengan payung di tangan, tertutup anak-anak kembali bermain di jalanan basah": Simbol payung sebagai perlindungan dan pengaman, sedangkan anak-anak yang bermain melambangkan kelanjutan kehidupan dan kegembiraan meskipun dalam suasana perpisahan.
  • "seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh": Menggambarkan suasana impian atau refleksi tentang perjalanan kehidupan dan mungkin juga perjalanan menuju akhirat.
  • "seluruhnya, seluruhnya kecuali kenangan pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba": Simbol kenangan yang selalu ada, dan gua yang sepi mencerminkan kematian atau akhir dari kehidupan.
Struktur Puisi:
Puisi ini terdiri dari tiga bait dengan struktur yang memungkinkan peralihan dari satu pikiran ke pikiran berikutnya. Setiap bait menggambarkan aspek yang berbeda dari perasaan setelah mengantar jenazah.

Analisis Kalimat:
  • "masih adakah yang akan kautanyakan tentang hal itu?": Menggambarkan rasa penasaran dan pertanyaan yang muncul setelah mengantar jenazah, mencerminkan sifat manusia yang selalu ingin tahu tentang makna dan tujuan hidup.
  • "hujan pun sudah selesai sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap di bawah bunga-bunga menua, matahari yang senja": Menggambarkan perubahan alam dan suasana setelah hujan dan senja, menciptakan suasana reflektif.
  • "pulanglah dengan payung di tangan, tertutup anak-anak kembali bermain di jalanan basah": Menunjukkan kelanjutan kehidupan dan kegembiraan anak-anak meskipun dalam suasana yang mungkin penuh perasaan kehilangan.
  • "seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh": Menggambarkan suasana mimpi atau perenungan tentang perjalanan kehidupan dan akhirat.
  • "barangkali kita tak perlu tua dalam tanda Tanya": Menunjukkan keterbatasan pengetahuan manusia tentang kehidupan dan kematian.
  • "alangkah angkuhnya langit alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita seluruhnya, seluruhnya kecuali kenangan pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba": Menggambarkan refleksi tentang penerimaan dan penolakan, serta kehadiran kenangan yang selalu ada.
Puisi "Sehabis Mengantar Jenazah" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang mengajak pembaca untuk merenung tentang arti kehidupan, perjalanan hidup, dan kematian. Dengan bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini menciptakan gambaran yang dalam tentang perasaan dan refleksi manusia setelah menghadapi momen perpisahan. Pesan tentang kerendahan hati dan pengertian akan siklus alamiah kehidupan menjadi inti dari puisi ini, mengundang pembaca untuk merenung tentang arti dan makna dalam kehidupan manusia.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Sehabis Mengantar Jenazah
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.