Puisi: Elegi Nostalgia (Karya A. Munandar)

Puisi "Elegi Nostalgia" karya A. Munandar, penulis menggambarkan keinginan untuk kembali ke masa lalu dan merenungkan tentang hubungan yang telah ....
Elegi Nostalgia

Apa kau ingat, betapa dulu
kau tersesat di mataku?
betapa kau berjanji, tidak akan
pernah mengatakan selamat tinggal?

Dulu, apapun yang kita katakan
apapun yang kita lakukan, kita
tidak pernah bisa menghapusnya.

Apapun yang kita berikan, apapun
yang kita terima, itulah yang menjebak
kita di sini, hari ini.

Walau tidak bermaksud saling menyakiti,
namun kita hidup dengan hati yang sedikit patah
begitulah, karena terkadang kita memang harus tersakiti,
sebelum menyadari kita akan baik-baik saja.

Namun sama sepertimu, terkadang aku
juga berharap kita bisa kembali ke masa lalu
sejenak, hanya untuk melihat dunia
dengan mata yang berbeda.

2017

Analisis Puisi:
Puisi sering kali menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan nostalgia yang mendalam, melankoli atas masa lalu yang telah berlalu. Dalam puisi "Elegi Nostalgia" karya A. Munandar, penulis menggambarkan keinginan untuk kembali ke masa lalu dan merenungkan tentang hubungan yang telah terjalin.

Pada bait pertama, penulis merangkai kata-kata yang mengingatkan pembaca akan masa-masa indah yang telah dilewati bersama. Kata-kata tersebut menciptakan citra tentang seorang individu yang "tersesat" di dalam mata penulis, dan janji untuk tidak pernah mengucapkan selamat tinggal. Penggunaan kata-kata ini menggambarkan keinginan penulis untuk mempertahankan hubungan dan menghindari perpisahan yang menyakitkan.

Pada bait kedua, penulis menyampaikan bahwa apa pun yang telah dikatakan dan dilakukan di masa lalu tidak dapat dihapus begitu saja. Penggunaan kata-kata ini menggambarkan pentingnya menghadapi dan menerima konsekuensi dari tindakan dan kata-kata kita di masa lalu. Hal ini menyiratkan bahwa pengalaman yang telah kita jalani dan hubungan yang terjalin membentuk bagian tak terpisahkan dari diri kita sekarang.

Pada bait ketiga, penulis mengungkapkan bahwa meskipun tidak bermaksud menyakiti satu sama lain, namun hidup kita diliputi oleh hati yang sedikit patah. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan tidak selalu berjalan mulus, dan terkadang kita harus menghadapi rasa sakit dan kekecewaan sebelum dapat mengerti dan menerima diri kita dengan baik.

Namun, di tengah melankoli dan rasa sakit, penulis juga menyiratkan harapan. Penulis menyatakan keinginan untuk kembali ke masa lalu, bahkan jika hanya untuk sejenak, dengan tujuan melihat dunia dengan perspektif yang berbeda. Pesan ini menggambarkan kerinduan akan kepolosan dan ketidakadilan masa lalu, serta harapan untuk merenungkan dan menggali kebijaksanaan dari pengalaman tersebut.

Dalam puisi "Elegi Nostalgia," A. Munandar berhasil mengekspresikan perasaan nostalgia, melankoli, dan harapan dengan menggunakan kata-kata yang sederhana namun mengena. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan hubungan kita dengan masa lalu, serta pentingnya menerima dan memahami perjalanan hidup yang telah kita lalui.

Karya puisi ini mencerminkan kepiawaian A. Munandar dalam merangkai kata-kata yang mampu menyentuh perasaan pembaca. Puisi "Elegi Nostalgia" mengingatkan kita akan kerapuhan dan keindahan hubungan yang pernah kita jalani, serta pentingnya merangkul pengalaman masa lalu untuk membentuk jati diri kita saat ini.

A. Munandar
Puisi: Elegi Nostalgia
Karya: A. Munandar
© Sepenuhnya. All rights reserved.