Puisi: Baju Loak Sobek Pundaknya (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Baju Loak Sobek Pundaknya" karya Wiji Thukul menggambarkan perasaan cinta, perhatian, dan pengorbanan seorang penyair terhadap kekasihnya.
Baju Loak Sobek Pundaknya


Siang tadi aku beli baju
harganya murah
harganya murah bojoku
di pedagang loak
di pedagang loak bojoku
pundaknya sedikit sobek
sedikit sobek bojoku
bisa dijahit tapi
nanti akan kubeli benang
akan kubeli jarum
untuk menjahit bajumu bojoku

Untukmu bojoku
baju itu untukmu

Tadi siang kucuci baju itu
kucuci bojoku

Tapi aku bimbang
aku bimbang bojoku
kutitip ke kawan
atau kubawa sendiri
nanti kalau aku pulang
kalau aku pulang bojoku

Karena sekarang aku buron
diburu penguasa
karena aku berorganisasi
karena aku berorganisasi bojoku

Baju itu kulipat bojoku
di bawah bantal
tak ada setrika bojoku
tak ada setrika
agar tak lusuh
agar tak lusuh
karena baju ini untukmu bojoku


22 Januari 1996

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Baju Loak Sobek Pundaknya" karya Wiji Thukul adalah karya sastra yang menggambarkan kepedulian dan cinta seorang penyair terhadap kekasihnya, sambil mencerminkan situasi sosial dan politik yang sulit.

Makna Literal: Puisi ini dimulai dengan penyair yang menceritakan bahwa dia telah membeli baju murah dengan pundak yang sedikit sobek dari pedagang loak. Dia menyatakan niatnya untuk menjahit baju tersebut agar bisa dipakai oleh kekasihnya. Penyair mengungkapkan bahwa dia tidak memiliki setrika, sehingga dia harus melipat baju itu di bawah bantal agar tidak lusuh.

Simbolisme Baju: Baju yang dijadikan fokus puisi ini dapat diartikan sebagai simbol perasaan dan perhatian penyair terhadap kekasihnya. Meskipun baju itu murah dan sobek, penyair ingin merawatnya dan menjahitnya dengan tangan sendiri untuk memberikan yang terbaik kepada kekasihnya. Ini menciptakan gambaran tentang perhatian, cinta, dan pengorbanan dalam hubungan.

Kondisi Sosial dan Politik: Dalam konteks puisi ini, penyair mengungkapkan bahwa dia berada dalam situasi yang sulit. Dia menyatakan bahwa dia buron dan dikejar oleh penguasa karena dia terlibat dalam organisasi. Hal ini menciptakan latar belakang politik dan sosial yang menegangkan yang mungkin menghalangi penyair untuk memberikan baju tersebut langsung kepada kekasihnya.

Kesan Ketidakpastian: Puisi ini menciptakan kesan ketidakpastian mengenai nasib penyair dan hubungannya dengan kekasihnya. Dia tidak tahu apakah dia akan berhasil membawa baju itu kepada kekasihnya atau harus menitipkannya kepada seorang teman. Hal ini menciptakan ketegangan emosional dalam puisi dan mencerminkan kondisi ketidakpastian dalam hidup penyair.

Perasaan Cinta dan Perjuangan: Meskipun penyair berada dalam situasi sulit dan bahkan buron, dia tetap memiliki perasaan cinta yang kuat terhadap kekasihnya. Dia bersedia melakukan usaha ekstra untuk merawat baju tersebut sebagai tanda kasih sayangnya. Puisi ini menciptakan gambaran tentang perasaan cinta yang kuat dan perjuangan untuk menjaga hubungan meskipun dalam situasi sulit.

Puisi "Baju Loak Sobek Pundaknya" adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan cinta, perhatian, dan pengorbanan seorang penyair terhadap kekasihnya dalam konteks situasi sosial dan politik yang sulit. Thukul menggunakan gambaran baju sebagai simbol perasaan cinta dan perjuangan dalam hubungan. Puisi ini juga menciptakan ketegangan emosional dan ketidakpastian mengenai nasib penyair, mencerminkan realitas kehidupan yang tidak selalu mudah.

Puisi: Baju Loak Sobek Pundaknya
Puisi: Baju Loak Sobek Pundaknya
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.