Puisi: Bernafas Panjanglah (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Bernafas Panjanglah" karya Wiji Thukul mengajak pembaca untuk bertahan, tidak takut, dan terus berjuang melawan penindasan.
Bernafas Panjanglah


Bernafas panjanglah
jangan ditelan kalut
bernafas panjanglah
jangan dimakan takut
bernafas panjanglah
jangan berlarut-larut
bernafas panjanglah
jangan surut

Bernafas panjanglah
walau gelap
bernafas panjanglah
walau pengap

Bernafas panjanglah kau, bernafas
panjanglah para korban
bernafas panjanglah aku
bernafas panjanglah kalian
bernafas panjanglah semua

Bernafas panjanglah
melihat tank-tank dikerahkan
bernafas panjanglah
melihat tentara mondar-mandir
berselendang M-16
bernafas panjanglah
mendengar para aktivis ditangkapi
bernafas panjanglah
para kambing hitam yang diadili

Bernafas panjanglah
dengan pemutar-balikan ini

Mereka ingin sejarah dibaca bersih
bagaimana mungkin
jika mereka menulis dengan sobekan
daging
laras senapan
dan kubangan darah

Baca kembali semuanya
dan bernafas panjanglah

Bernafas panjanglah akal
bernafas panjanglah hati

Bangun
dan bernafas panjanglah!


Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Bernafas Panjanglah" karya Wiji Thukul merupakan sebuah karya sastra yang penuh dengan makna dan pesan yang kuat. Dalam puisi ini, penyair mengajak pembacanya untuk bertahan, tidak takut, dan terus berjuang melawan penindasan.

Panggilan untuk Bertahan: Puisi ini menciptakan suasana ketegangan di mana pembaca merasakan tekanan dan ketidakpastian yang disebabkan oleh kondisi sosial yang tidak stabil. Namun, penyair mengajak kita untuk "bernafas panjanglah" sebagai tindakan pertahanan terhadap tekanan tersebut.

Penyair yang Empati: Penyair memperlihatkan empati yang mendalam terhadap para korban penindasan. Dia merasakan ketegangan dan bahaya yang dihadapi oleh aktivis, kambing hitam, dan individu yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Kritik terhadap Penguasa: Puisi ini menciptakan gambaran tentang penguasa yang ingin mengubah sejarah dengan cara mengendalikan informasi dan narasi. Penyair mengecam penggunaan kekerasan dan manipulasi dalam menciptakan versi "bersih" dari sejarah.

Semangat Perlawanan: Meskipun penyair menggambarkan situasi yang sulit, dia juga menekankan pentingnya untuk terus "bangun" dan "bernafas panjanglah." Ini adalah panggilan untuk tetap semangat dalam perjuangan dan perlawanan terhadap penindasan.

Metafora Keberanian: Penyair menggunakan metafora bernafas panjang sebagai simbol keberanian dan keteguhan dalam menghadapi penindasan. Bertahan dan berani tetap menjaga semangat perlawanan hidup.

Puisi "Bernafas Panjanglah" menggambarkan situasi sosial yang penuh tekanan dan ketidakpastian, tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang pentingnya bertahan, tidak takut, dan terus berjuang melawan penindasan. Puisi ini menciptakan dorongan semangat bagi mereka yang terlibat dalam perjuangan sosial dan politik untuk tetap kuat dan teguh dalam menghadapi rintangan.

Wiji Thukul
Puisi: Bernafas Panjanglah
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.