Puisi: Dengan Apa Kutebus Anakku (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Dengan Apa Kutebus Anakku" karya Wiji menghadirkan realitas pahit yang dihadapi oleh keluarga buruh dalam konteks ekonomi yang tidak adil.
Dengan Apa Kutebus Anakku


Anak kami lahir
kemarin malam
di rumah sakit
di bangsal murah ya di bangsal murah
berjubel
bersama bayi-bayi lain
di bangsal murah ya di bangsal murah

Pagi ini
mestinya aku di sana
membantu biniku cuci-cuci popok
atau memapahnya ke kamar mandi
tapi mana bisa
sebab aku harus berangkat kerja

Tak kerja tak terima upah tak punya
uang
dengan apa kutebus bayiku?

Hari ini mestinya aku di sana
membopong bayiku yang dikembani
jarik
agar biniku bisa enak beristirahat
tapi mana bisa
sebab jam delapan tepat
aku harus sudah tiba di tempat
kerja kerja ya kerja

Tak kerja tak terima upah tak punya
uang
dengan apa kutebus bayiku?

Sekarang aku mestinya di sana
mencium pipi bayiku yang merah
memeluk biniku yang masih lelah
tapi aku tak bisa
sebab aku harus lembur
aku lelah aku lelah

Anak kami lahir
kemarin malam
di rumah sakit
di bangsal murah ya di bangsal murah
berjubel
bersama bayi-bayi lain
di bangsal murah ya di bangsal murah

Karena kami buruh
bayi kami berjubel di bangsal murah
tidak seperti bayi di ruang sebelah
ruangannya lain baunya lain
hawanya lain cahayanya lain
kamarnya lapang suasananya tenang
karena kami buruh
bayi kami berjubel di bangsal murah
jejer jejer seperti para korban perang

Kata perawat yang kemarin malam
tugas jaga
tarif kamar bayi kami itu murah
tapi tetap masih mencekik juga
sebab untuk nebus bayi kami
kami harus mengganti
dengan kerja
8 jam x 40 hari
8 jam
setiap hari
8 jam dari umur kami setiap hari
dicuri

Puluhan tahun kami bekerja
setiap hari
kalian merampas sarinya
sari-sari peluh kami
kalian terus peras kami
kalian terus peras
sari-sari bebuahan
vitamin
susu
dan gizi-gizi
yang dibutuhkan tulang-tulang
otot dan jantung bayi
buah hati kami


Kampung Kalangan, 26 Mei 1994

Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Dengan Apa Kutebus Anakku" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya yang sarat dengan pesan sosial dan penggambaran realitas pahit yang dihadapi oleh keluarga buruh. Puisi ini menyentuh berbagai aspek kehidupan mereka dalam konteks ekonomi yang keras dan pemerasan yang mereka alami.

Kelas Buruh yang Tidak Dihargai: Puisi ini dengan tegas menyoroti ketidakadilan sosial yang dihadapi oleh para buruh. Mereka bekerja keras, tetapi upah yang mereka terima sangatlah minim. Puisi menggambarkan betapa mereka terus diperlakukan sebagai komoditas yang dapat dieksploitasi untuk keuntungan ekonomi.

Kehadiran Bayi dalam Konteks Kesengsaraan: Kelahiran anak adalah momen penting dalam kehidupan keluarga. Namun, puisi ini menggambarkan kelahiran bayi dalam suasana yang sangat berbeda. Di rumah sakit yang murah, bayi mereka berada di antara bayi-bayi lain dalam kamar yang tidak nyaman.

Pengurbanan Buruh: Puisi ini menciptakan kontras antara perawat yang merasakan tugasnya sebagai pekerjaan biasa dan buruh yang harus mengorbankan waktu, tenaga, dan kesejahteraan mereka untuk menghasilkan uang guna merawat bayi mereka. Pengorbanan ini menjadi semacam "penebusan" atas keberadaan bayi tersebut di rumah sakit yang murah.

Keluhan atas Pemerasan: Dalam puisi ini, Wiji Thukul mengekspresikan rasa ketidakpuasan terhadap eksploitasi yang telah mereka alami selama bertahun-tahun. Pengorbanan mereka yang berkepanjangan tidak dihargai, dan puisi ini menjadi bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan ini.

Pesan Sosial: Puisi ini menciptakan kesadaran sosial tentang perlunya menghormati hak dan martabat buruh. Ini mengingatkan pembaca tentang perlunya perubahan dalam sistem ekonomi yang merampok buruh dari waktu, kesehatan, dan hak mereka.

Kekuatan Bahasa: Wiji Thukul menggunakan bahasa sederhana dan lugas untuk mengekspresikan perasaan dan realitas yang kompleks. Ini memungkinkan puisi ini mencapai banyak pembaca dengan pesannya yang kuat.

Puisi "Dengan Apa Kutebus Anakku" adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan realitas pahit yang dihadapi oleh keluarga buruh dalam konteks ekonomi yang tidak adil. Ini adalah pengingat kuat tentang perlunya menghormati hak dan martabat buruh serta perlunya perubahan dalam sistem sosial yang ada.

Wiji Thukul
Puisi: Dengan Apa Kutebus Anakku
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.