Puisi: Ketika Datang Malam (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Ketika Datang Malam" karya Wiji Thukul menggambarkan perlawanan terhadap kekerasan, ketidakadilan, dan penindasan oleh pemerintah.
Ketika Datang Malam


Ketika datang malam
aku menjadi gelap
ketika pagi datang
aku menjadi terang

Aku rakyatmu
hidup di delapan penjuru

Kau tak bisa menangkapku
karena kau tak mengenalku

Kau tak bisa mendengarkan aku
karena kau terus berbicara
berbicara dan berbicara
dengan mulut senapan

Pembantaian-pembantaian
dan pembantaian
mayat-mayat bergelimpangan
mayat-mayat disembunyikan

kau tak bisa menguburkan aku
kau tak bisa menyembuhkan lukaku
karena kau tak kenal aku
karena kau terus berbicara
berbicara dan berbicara
dengan tembakan dan ancaman
dan penjara.


Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Datang Malam" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perlawanan terhadap kekerasan, ketidakadilan, dan penindasan oleh pemerintah.

Dualitas Malam dan Pagi: Puisi ini memulai dengan penggambaran malam yang gelap dan kemudian bertransisi ke pagi yang terang. Ini menciptakan perbandingan yang kuat antara kegelapan yang mewakili ketidakadilan dan kekejaman, dengan terang yang mewakili harapan dan kebebasan.

Identitas Anonim: Penyair dalam puisi ini menyatakan bahwa dia adalah "aku rakyatmu" yang hidup di delapan penjuru. Ini menggambarkan bahwa dia adalah salah satu dari banyak orang yang menderita di bawah rezim yang otoriter. Identitas anonimnya mengilustrasikan kesatuan dan perasaan solidaritas dalam perjuangan melawan penindasan.

Kritik terhadap Penguasa: Puisi ini secara tersirat mengkritik penguasa yang terus-menerus berbicara dan menggunakan kekuasaan serta ancaman untuk mempertahankan kendali mereka. Penyair menyampaikan bahwa penguasa ini tidak mengenali atau memahami orang-orang yang menderita akibat tindakan mereka.

Perlawanan dan Keberanian: Meskipun terancam dan dihadapkan pada kekerasan, penyair menunjukkan keberanian dengan menolak untuk diam. Dia mengekspresikan ketidakmampuan penguasa untuk menguburnya atau menyembuhkan luka-lukanya. Ini adalah pernyataan kuat tentang tekad untuk terus melawan.

Penggunaan Gaya Bahasa Simbolik: Wiji Thukul menggunakan simbolisme malam dan pagi untuk menciptakan kontras yang kuat antara kegelapan rezim yang otoriter dan terangnya harapan dan perlawanan. Simbol-simbol ini memungkinkan pembaca untuk merasakan ketegangan dan perjuangan yang dialami oleh penyair.

Puisi "Ketika Datang Malam" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjuangan dan perlawanan terhadap kekerasan dan penindasan oleh penguasa otoriter. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat dan identitas anonim, puisi ini memanggil pembaca untuk merenungkan pentingnya perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan dalam masyarakat.

Wiji Thukul
Puisi: Ketika Datang Malam
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.