Puisi: Prahara Burung-Burung (Karya Kriapur)

Puisi "Prahara Burung-Burung" karya Kriapur merangkum perasaan manusia dalam menghadapi perubahan alam dan perubahan dalam hubungan interpersonal.
Prahara Burung-Burung

Setiap saat laut itulah yang memecah
dan membangkitkan gemuruh resah di atas ranjangku
tersayat bayang-bayang lusuh
dan terkapar mengikut jejak waktu
yang berkobar seperti debu.

Mata musim membelah jam
dan batinku yang rapuh kini mengalir sungai
mengangkut kata-kata dan goncangan
- inikah duka?
di pinggir mimpiku selalu terbaring
sunyi yang dingin
bunga di taman
mengabut kenangan warna di depan
dan lihatlah, kekasih
ruhku menggigil memanggilmu
dalam jerit dalam dekapan luka dan kegilaan
atau dengarlah!
dari jauh suara burung-burung pindahan
menyerbu kota-kota.

Kekasih bidadari sayang
di tanah yang lain
kau basuh merpati patah sayap
dengan darah hampir beku.

Solo, 1983

Sumber: Horison (Januari, 1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Prahara Burung-Burung" karya Kriapur adalah sebuah puisi yang sarat dengan gambaran alam, perasaan manusia, dan kegelisahan eksistensial.

Gambaran Alam: Puisi ini membawa pembaca ke dalam dunia alam yang penuh dengan perubahan dan kekuatan. Laut yang memecah dan membangkitkan gemuruh menciptakan gambaran tentang kekuatan alam yang menakjubkan dan menggetarkan.

Perubahan Waktu dan Perasaan: Puisi ini menangkap esensi perubahan waktu dan perasaan. Mata musim yang membelah jam dan batin yang rapuh yang mengalir sungai mencerminkan perjalanan waktu dan perubahan dalam kondisi emosional manusia.

Keadaan Batin yang Rapuh: Batin yang rapuh dan terkapar mengikut jejak waktu menunjukkan keadaan emosional yang rentan dan terpengaruh oleh perubahan waktu dan lingkungan sekitarnya.

Kehadiran Kenangan: Kenangan dan bayang-bayang lusuh hadir sebagai elemen penting dalam puisi ini. Mereka mengabutkan kenangan warna di depan, memberikan sentuhan nostalgia dan kehangatan dalam suasana dingin dan sunyi.

Kesedihan dan Keinginan untuk Terhubung: Kesedihan dan keinginan untuk terhubung dengan kekasih atau bidadari sayang menciptakan nuansa emosional yang mendalam. Suara burung-burung pindahan yang menyerbu kota-kota menggambarkan kegelisahan dan keinginan untuk melarikan diri dari keadaan yang sulit.

Imaji dan Metafora: Puisi ini dipenuhi dengan imaji dan metafora yang kuat, seperti merpati patah sayap dengan darah hampir beku, yang menggambarkan penderitaan dan kegagalan dalam hubungan.

Puisi "Prahara Burung-Burung" adalah sebuah puisi yang menggugah dan memprovokasi, merangkum perasaan manusia dalam menghadapi perubahan alam dan perubahan dalam hubungan interpersonal. Dengan bahasa yang mendalam dan gambaran yang kuat, puisi ini memancing refleksi tentang keadaan manusia dan alam semesta.

Puisi Kriapur
Puisi: Prahara Burung-Burung
Karya: Kriapur

Biodata Kriapur:
  • Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
  • Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.