Puisi: Lingkungan Kita Si Mulut Besar (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Lingkungan Kita Si Mulut Besar" karya Wiji Thukul mengkritik eksploitasi lingkungan, ketidaksetaraan sosial, dampak globalisasi, polusi ....
Lingkungan Kita
Si Mulut Besar

lingkungan kita si mulut besar
dihuni lintah-lintah
yang kenyang menghisap darah keringat tetangga
dan anjing-anjing yang taat beribadah
menyingkiri para penganggur
yang mabuk minuman murahan

lingkungan kita si mulut besar
raksasa yang membisu
yang anak-anaknya terus dirampok
dan dihibur filem-filem kartun amerika
perempuannya disetor
ke mesin-mesin industri
yang membayar murah

lingkungan kita si mulut besar
sakit perut dan terus berak
mencret oli dan logam
busa dan plastik
dan zat-zat pewarna yang merangsang
menggerogoti tenggorokan bocah-bocah
yang mengulum es
limapuluh perak

Kampung Kalangan-Solo, Desember 1991

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Lingkungan Kita Si Mulut Besar" karya Wiji Thukul adalah karya sastra yang mengkritik kondisi lingkungan dan sosial di masyarakat. Dalam puisi ini, penyair menggunakan metafora "si mulut besar" untuk menggambarkan kondisi lingkungan yang rakus dan merusak serta dampaknya terhadap kehidupan manusia.

Kritik terhadap Eksploitasi Lingkungan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang eksploitasi lingkungan alam yang merusak. Metafora "si mulut besar" menggambarkan lingkungan yang serakah dan tidak berperasaan, yang menghisap sumber daya alam dengan tidak bertanggung jawab. Pemikiran lintah-lintah yang menghisap darah keringat tetangga adalah simbol dari pengeksploitasian sumber daya alam yang merugikan masyarakat.

Kritik terhadap Ketidaksetaraan Sosial: Puisi ini juga mengkritik ketidaksetaraan sosial. Anjing-anjing yang taat beribadah mewakili masyarakat yang terpinggirkan dan diabaikan oleh sistem. Para penganggur yang mabuk minuman murahan menciptakan gambaran tentang ketidakadilan sosial dan ekonomi di lingkungan tersebut.

Dampak Globalisasi: Penyair menciptakan gambaran tentang pengaruh globalisasi terhadap lingkungan dan budaya lokal. Filem-filem kartun Amerika dan mesin-mesin industri yang membayar murah menciptakan gambaran tentang bagaimana budaya lokal tergantikan dan dimanipulasi oleh budaya asing.

Kritik terhadap Industri dan Polusi: Puisi ini menggambarkan dampak negatif industri dan polusi terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. "Sakit perut dan terus berak" adalah gambaran tentang pencemaran lingkungan yang menghasilkan zat-zat beracun seperti oli, logam, busa, dan plastik. Zat-zat ini berdampak negatif pada kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak yang menjadi korban.

Penyimpangan Budaya: Penyair menciptakan gambaran tentang bagaimana budaya konsumsi dan penyimpangan seperti minuman murahan serta makanan yang tidak sehat mengancam kesehatan dan tradisi lokal. Hal ini tercermin dalam mengulum es dengan harga yang sangat murah namun berdampak buruk pada kesehatan anak-anak.

Puisi "Lingkungan Kita Si Mulut Besar" adalah karya sastra yang mengkritik eksploitasi lingkungan, ketidaksetaraan sosial, dampak globalisasi, polusi industri, dan penyimpangan budaya dalam masyarakat. Wiji Thukul menggunakan metafora dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesannya tentang perlunya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan memerangi ketidaksetaraan sosial. Puisi ini mengingatkan kita akan dampak negatif yang dihasilkan oleh tindakan manusia terhadap alam dan masyarakat.

Wiji Thukul
Puisi: Lingkungan Kita Si Mulut Besar
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.