Puisi: Penyair (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Penyair" karya Wiji Thukul menggambarkan semangat dan tekad seorang penyair untuk terus berkarya meskipun dihadapkan pada berbagai kendala.
Penyair


Jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
Jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang.

Jika tak ada kertas
aku akan menulis di dinding
Jika menulis dilarang
aku akan menulis dengan
pemberontakan
dan tetes darah.


Sarang Teater Jagat, 19 Januari 1988

Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Penyair" karya Wiji Thukul menggambarkan semangat dan tekad seorang penyair untuk terus berkarya meskipun dihadapkan pada berbagai kendala. Puisi ini mencerminkan perjuangan penyair dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya.

Ketekunan dan Keteguhan: Puisi ini menyoroti ketekunan dan keteguhan seorang penyair dalam melanjutkan karyanya. Meskipun dihadapkan pada berbagai kendala dan hambatan, penyair tetap berjuang untuk mengekspresikan dirinya melalui tulisannya.

Simbolisme Arang dan Darah: Penggunaan simbolisme arang dan darah dalam puisi ini melambangkan komitmen dan pengorbanan yang diperlukan dalam berkarya. Arang dan darah menciptakan gambaran tentang penyair yang bersedia melibatkan dirinya sepenuhnya dalam proses kreatif.

Penolakan terhadap Pembatasan: Puisi ini mengekspresikan penolakan terhadap pembatasan dan larangan dalam berkarya. Penyair siap untuk melanggar aturan yang menghambat ekspresi diri dan kebebasan berbicara.

Hasrat untuk Menulis: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kehausan seorang penyair untuk terus menulis. Bahkan jika tidak ada peralatan yang konvensional, penyair akan mencari cara lain untuk menyampaikan pesannya kepada dunia.

Bentuk Pemberontakan: Puisi ini bisa dianggap sebagai bentuk pemberontakan terhadap sistem yang membatasi kebebasan berekspresi. Penyair menunjukkan bahwa karyanya adalah bentuk perlawanan terhadap segala ketidakadilan dan hambatan yang ada.

Puisi "Penyair" adalah representasi semangat dan keteguhan seorang penyair dalam berkarya. Puisi ini mencerminkan keinginan untuk terus mengungkapkan diri meskipun dihadapkan pada segala bentuk kendala dan pembatasan.

Wiji Thukul
Puisi: Penyair
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.