Puisi: Supar (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Supar" karya Wiji Thukul menyoroti solidaritas di antara buruh dan mengekspos tindakan intimidasi pihak majikan.
Supar

Tersiar
di halaman kabar
supar dipecat
ya supar dipecat

Kabar tersebar lalu dari mulut ke
mulut
masuk dan meluas di bilik-bilik
sempit
rumah kontrakan buruh-buruh

Si lancang mulut bilang
"nah rasain lu
karena ngurus orang lain
diri sendiri kehilangan pekerjaan!"
sapar tak goyah
sapar tak gentar

Pihak majikan bilang
sapar suka bikin onar
kawan-kawannya membantah
"majikan cuma cari-cari alasan
mereka takut karena kita punya
kekuatan!"
nah, itulah yang benar

Supar dipecat
ya supar dipecat

Pada siapa yang tanya
supar menjelaskan
"kami dipecat karena pabrik
kewalahan
karena buruh sekarang melawan!"
majikan gentar
itulah yang benar

Supar dipecat
ya supar dipecat

Kerja lain aku bisa cari
tapi kebangkitan buruh
tak bisa kalian halangi lagi

Si lidah jahil
mungkin bilang
: sudahlah lebih baik kalian diam!
tapi siapa bisa membungkam supar
dan kaum buruh sadar
- lihatlah kapitalis terus cari akal!

Supar dipecat
ya supar dipecat
tapi apakah pabrik bisa berproduksi
kalau kita mogok sepuluh hari lagi?

Supar dipecat
ya supar dipecat
tapi apakah mesin-mesin sanggup
beputar
tanpa kami?

18 Mei 1993

Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Supar" karya Wiji Thukul adalah sebuah ungkapan perjuangan dan kesadaran kelas buruh.

Perjuangan Buruh: Puisi ini menggambarkan perjuangan buruh dalam menghadapi pemecatan Supar, seorang rekan mereka. Pemecatan ini dipicu oleh perlawanan dan aktivisme buruh yang menentang pihak majikan. Pesan yang terkandung adalah bahwa buruh tidak gentar menghadapi ancaman atau tindakan pemecatan sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap kondisi kerja yang tidak adil.

Kesadaran Kelas: Puisi ini mencerminkan tingginya tingkat kesadaran kelas di kalangan buruh. Mereka menyadari bahwa pemecatan Supar adalah upaya pihak majikan untuk meredam perlawanan buruh. Pemecatan tersebut menjadi semacam alat intimidasi yang digunakan oleh majikan untuk menjaga status quo. Namun, buruh bersatu dan tidak mudah diintimidasi.

Solidaritas Buruh: Puisi ini menekankan solidaritas di antara para buruh. Meskipun Supar dipecat, buruh lainnya tetap bersatu dan mempertanyakan apakah produksi pabrik dapat terus berlanjut tanpa mereka. Ini menggambarkan kekuatan dalam persatuan dan menunjukkan bahwa buruh memiliki peran penting dalam proses produksi.

Kritik terhadap Kapitalis: Puisi ini mengkritik pihak majikan atau kapitalis yang mencari alasan untuk memecat buruh yang aktif dalam perjuangan hak mereka. Pemecatan tersebut dianggap sebagai tindakan ketakutan majikan terhadap kekuatan buruh yang mulai bersatu dan berani menuntut hak mereka.

Puisi "Supar" karya Wiji Thukul adalah ungkapan perjuangan dan kesadaran kelas buruh yang bersatu melawan tindakan pemecatan yang bertujuan untuk meredam perlawanan mereka. Puisi ini menyoroti solidaritas di antara buruh dan mengekspos tindakan intimidasi pihak majikan. Pemecatan Supar hanya memperkuat tekad buruh untuk berjuang demi hak-hak mereka dalam dunia kerja.

Wiji Thukul
Puisi: Supar
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.