Puisi: Suti (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Suti" karya Wiji Thukul menggambarkan kisah seorang buruh perempuan yang menghadapi keterpurukan fisik dan ekonomi akibat beban kerja dan ....
Suti

Suti tidak kerja lagi
pucat ia duduk dekat amben-nya
Suti di rumah saja
tidak ke pabrik tidak ke mana-mana
Suti tidak ke rumah sakit
batuknya memburu
dahaknya berdarah
tak ada biaya

Suti kusut-masai
di benaknya menggelegar suara mesin
kuyu matanya membayangkan
buruh-buruh yang berangkat pagi
pulang petang
hidup pas-pasan
gaji kurang
dicekik kebutuhan

Suti meraba wajahnya sendiri
tubuhnya makin susut saja
makin kurus menonjol tulang pipinya
loyo tenaganya
bertahun-tahun dihisap kerja

Suti batuk-batuk lagi
ia ingat kawannya
Sri yang mati
karena rusak paru-parunya

Suti meludah
dan lagi-lagi darah

Suti memejamkan mata
suara mesin kembali menggemuruh
bayangan kawannya bermunculan
Suti menggelengkan kepala
tahu mereka dibayar murah

Suti meludah
dan lagi-lagi darah

Suti merenungi resep dokter
tak ada uang
tak ada obat

Solo, 27 Februari 1988

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Suti" karya Wiji Thukul menggambarkan kisah seorang buruh perempuan yang menghadapi keterpurukan fisik dan ekonomi akibat beban kerja dan kondisi lingkungan yang memprihatinkan. Melalui penceritaan ini, puisi ini menggugah kesadaran tentang penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh kaum buruh, terutama buruh perempuan, dalam masyarakat.

Narasi Kehidupan Buruh: Puisi ini merinci perjalanan hidup Suti, seorang buruh perempuan yang mengalami banyak kesulitan. Ia telah bekerja keras di pabrik dengan upah yang minim, tanpa perlindungan kesehatan yang memadai. Puisi ini menceritakan bagaimana Suti merasakan penurunan kondisi kesehatannya akibat kerja berat dan lingkungan yang berbahaya.

Ekspresi Kehidupan Sulit: Puisi ini menggambarkan betapa sulitnya kehidupan bagi kaum buruh, terutama yang memiliki gaji rendah. Ketidakmampuan Suti untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai karena alasan biaya menjadi cerminan kondisi masyarakat yang tidak memberikan perlindungan yang cukup terhadap kaum pekerja.

Tema Kesehatan dan Keadilan Sosial: Puisi ini menyentuh tema kesehatan dan ketidakadilan sosial. Melalui gambaran kondisi kesehatan Suti yang semakin memburuk dan pengalaman tragis teman Suti yang meninggal karena rusaknya paru-paru, puisi ini mengkritik sistem yang tidak memberikan perlindungan dan kesejahteraan yang layak kepada para buruh.

Simbol Darah dan Batuk: Simbol darah dan batuk dalam puisi ini melambangkan penderitaan dan ketidakmampuan Suti untuk mendapatkan perawatan medis yang memadai. Darah dalam puisi ini mencerminkan penderitaan dan ketidakmampuan Suti untuk membayar pengobatan, sementara batuk melambangkan kondisi kesehatan yang semakin memburuk.

Kritik Sistem Ekonomi: Puisi ini mengkritik sistem ekonomi yang merugikan kaum buruh. Penggambaran gaji yang rendah, beban kerja yang berat, dan kurangnya perlindungan kesehatan menunjukkan ketidakadilan dalam sistem ekonomi yang menguntungkan pihak-pihak tertentu namun merugikan buruh.

Menggugah Empati dan Kesadaran Sosial: Puisi ini berhasil menggugah empati pembaca terhadap kondisi buruh yang sulit. Melalui kisah Suti, puisi ini ingin mengajak pembaca untuk lebih peka terhadap penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh kaum buruh dalam masyarakat.

Puisi "Suti" karya Wiji Thukul merupakan potret kehidupan buruh perempuan yang penuh kesulitan dan penderitaan. Melalui ekspresi ini, puisi ini mengkritik sistem ekonomi yang tidak adil serta mengajak pembaca untuk berempati dan sadar akan kondisi sosial yang perlu diperbaiki.

Puisi Suti
Puisi: Suti
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.