Puisi: Tong Potong Roti (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Tong Potong Roti" karya Wiji Thukul menggambarkan perasaan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap kondisi sosial dan politik di Indonesia.
Tong Potong Roti

Tong potong roti
roti campur mentega
Belanda sudah pergi
kini datang gantinya

Tong potong roti
roti campur mentega
Belanda sudah pergi
bagi-bagi tanahnya

Tong potong roti
roti campur mentega
Belanda sudah pergi
siapa beli gunungnya

Tong potong roti
roti campur mentega
Belanda sudah pergi
kini Indonesia

Tong potong roti
roti campur mentega
Belanda sudah pergi
kini siapa yang punya

Solo-Kalangan, April 1989

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Catatan:
Puisi di atas diilhami sebuah tembang rakyat dari Madura.

Analisis Puisi:
Puisi "Tong Potong Roti" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap kondisi sosial dan politik di Indonesia setelah masa penjajahan Belanda berakhir.

Masa Transisi Pasca-Penjajahan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang masa transisi ketika penjajahan Belanda berakhir dan Indonesia merdeka. Penyair menggambarkan perasaan ketidakpastian dan kebingungan yang mungkin dirasakan oleh banyak orang saat itu. Pertanyaan "kini siapa yang punya" mencerminkan perubahan yang drastis dalam kepemilikan dan kontrol atas tanah dan sumber daya nasional.

Metafora Roti dan Mentega: Dalam puisi ini, roti campur mentega digunakan sebagai metafora untuk kekayaan dan sumber daya alam Indonesia. Penyair menyatakan bahwa Belanda telah pergi dan sekarang adalah saat bagi Indonesia untuk memiliki dan mengontrol sumber daya ini. Metafora ini menciptakan gambaran tentang kekayaan alam yang menjadi hak Indonesia setelah masa penjajahan.

Kritik Terhadap Elit dan Kekuasaan Baru: Puisi ini juga menciptakan kesan tentang kritik terhadap elit dan penguasa baru yang mungkin memanfaatkan kekuasaan dan sumber daya dengan cara yang tidak adil. Tong potong roti menggambarkan cara pembagian sumber daya dan kekayaan yang tidak merata, di mana beberapa orang mungkin mendapat bagian yang lebih besar daripada yang lain.

Pertanyaan Identitas dan Kepemilikan: Puisi ini menimbulkan pertanyaan tentang identitas dan kepemilikan nasional. Dalam konteks yang lebih luas, puisi ini menggambarkan perjuangan dan pertanyaan identitas yang muncul dalam pembentukan negara Indonesia setelah merdeka dari penjajahan. Siapa yang memiliki dan mengendalikan tanah dan sumber daya menjadi pertanyaan sentral dalam proses ini.

Penyampaian Pesan Sederhana: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana dan gambaran yang mudah dipahami untuk menyampaikan pesan politik dan sosial yang dalam. Pesan ini mengajak pembaca untuk merenungkan konsep kepemilikan dan distribusi kekayaan dalam masyarakat.

Puisi "Tong Potong Roti" adalah karya sastra yang menciptakan gambaran tentang perasaan ketidakpastian dan ketidakpuasan dalam masa transisi pasca-penjajahan. Thukul menggunakan metafora roti dan mentega untuk menggambarkan sumber daya alam Indonesia yang menjadi fokus perhatian setelah Belanda pergi. Puisi ini juga menciptakan kesan tentang perjuangan dalam mendefinisikan identitas dan kepemilikan nasional serta menyoroti kritik terhadap distribusi kekayaan yang tidak merata.

Puisi Tong Potong Roti
Puisi: Tong Potong Roti
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.