Puisi: Tuntutan (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Tuntutan" karya Wiji Thukul menggambarkan rakyat sebagai pendorong utama dalam demokrasi.
Tuntutan


Rakyat adalah kami
mulut-mulut yang bersuara
mendukungmu
dalam setiap Pemilu

Rakyat adalah kami
tenaga dari kaki-kaki dan tangan-tangan
yang memikul tandu gambar
partaimu
yang bersorak-sorai oleh lemparan
permen
dan gula-gula janji perbaikan nasib

Rakyat adalah kami
usus-usus melilit
perut-perut butuh kenyang
yang kalian sebut-sebut
dalam pidato-pidato kampanyemu

Rakyat adalah kami
daun telinga yang mendengar
mata kepala yang bersaksi
: sekarang beras mahal.
kini kami tuntut
kalian di mana?


Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Tuntutan" karya Wiji Thukul adalah ungkapan kekecewaan yang tajam terhadap pemerintah yang diharapkan untuk bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat. Dalam puisi ini, penyair mengeksplorasi tema-tema penting, termasuk partisipasi rakyat dalam demokrasi dan peran pemerintah dalam memenuhi tuntutan mereka.

Representasi Rakyat: Puisi ini menggambarkan rakyat sebagai pendorong utama dalam demokrasi. Mereka berpartisipasi dalam pemilihan umum (Pemilu), memberikan suara, mendukung pemerintah dengan harapan perubahan yang lebih baik. Namun, penyair menunjukkan bahwa tuntutan rakyat sering kali terabaikan oleh pemerintah.

Janji Pemerintah: Puisi ini mencerminkan sikap skeptisisme terhadap janji-janji pemerintah yang seringkali hanya berupa retorika kosong. Pemerintah sering menggunakan imbalan seperti permen dan gula-gula untuk menarik perhatian rakyat, tetapi janji-janji tersebut jarang diwujudkan dalam perbaikan nyata dalam kehidupan rakyat.

Kekuasaan Rakyat: Puisi ini menyoroti pentingnya mendengarkan suara rakyat dalam demokrasi. Dengan menggambarkan rakyat sebagai "mulut-mulut yang bersuara" dan "mata kepala yang bersaksi," penyair menekankan bahwa pemerintah harus mendengarkan tuntutan dan kebutuhan rakyat yang mereka layani.

Ketidakpuasan Rakyat: Puisi ini mencerminkan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah yang gagal memenuhi janji-janji kampanye mereka. Dengan pertanyaan akhir "kini kami tuntut, kalian di mana?" penyair menggambarkan rakyat yang menuntut tanggung jawab dari pemerintah.

Panggilan untuk Kejujuran dan Tanggung Jawab: Puisi ini adalah panggilan kepada pemerintah untuk lebih jujur, bertanggung jawab, dan benar-benar mewujudkan janji-janji mereka. Penyair menekankan bahwa pemerintah harus lebih peduli terhadap kepentingan rakyat dan bukan hanya terfokus pada kekuasaan politik mereka.

Puisi "Tuntutan" adalah kritik tajam terhadap pemerintah yang terlalu sering mengabaikan tuntutan rakyat. Puisi ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga integritas dalam demokrasi dan memastikan bahwa pemerintah benar-benar melayani dan melindungi kepentingan rakyat.

Wiji Thukul
Puisi: Tuntutan
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.