Puisi: Sehari Saja Kawan (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Sehari Saja Kawan" karya Wiji Thukul menjelaskan dampak yang akan terjadi jika buruh bersatu untuk mogok selama satu hari.
Sehari Saja Kawan!

Satu kawan bawa tiga kawan
Masing-masing nggandeng lima kawan
Sudah berapa kita punya kawan

Satu kawan bawa tiga kawan
Masing-masing bawa lima kawan
Kalau kita satu pabrik bayangkan kawan

Kalau kita satu hati kawan
Satu tuntutan bersatu suara
Satu pabrik satu kekuatan
Kita tak mimpi kawan!

Kalau satu pabrik bersatu hati
Mogok dengan seratus poster
Tiga hari tiga malam
Kenapa tidak kawan

Kalau satu pabrik satu serikat buruh
Bersatu hati
Mogok bersama sepuluh daerah
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan

Sehari saja kawan
Kalau kita yang berjuta-juta
Bersatu hati mogok
Maka kapas tetap terwujud kapas
Karena mesin pintal akan mati

Kapas akan tetap berwujud kapas
Tidak akan berwujud menjadi kain
Serupa pelangi pabrik akan lumpuh mati

Juga jalan-jalan
Anak-anak tak pergi sekolah
Karena tak ada bis
Langit pun akan sunyi
Karena mesin pesawat terbang tak berputar
Karena lapangan terbang lumpuh mati

Sehari saja kawan
Kalau kita mogok kerja
Dan menyanyi dalam satu barisan
Sehari saja kawan
Kapitalis pasti kelabakan!

Sumber: Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa (2017)

Analisis Puisi:
Puisi "Sehari Saja Kawan" karya Wiji Thukul adalah sebuah himbauan untuk persatuan dan perlawanan terhadap penindasan yang dihadapi oleh buruh atau pekerja. Puisi ini menyiratkan pesan-pesan penting tentang pentingnya bersatu dalam perjuangan.

Persatuan dan Solidaritas: Puisi ini memfokuskan pada ide persatuan dan solidaritas di antara para buruh atau pekerja. Menggunakan pengulangan kata-kata seperti "satu kawan bawa tiga kawan" dan "masing-masing nggandeng lima kawan," penyair menekankan bahwa bersatu adalah kunci untuk melawan penindasan.

Kekuatan dalam Jumlah: Dengan menggambarkan bagaimana sejumlah besar buruh dapat berkumpul dalam satu pabrik atau organisasi, penyair menyoroti kekuatan yang dapat dihasilkan oleh persatuan. Puisi ini juga mengejek fakta bahwa buruh seringkali kurang bersatu dan tidak menyadari potensi kekuatan kolektif mereka.

Mogok dan Perlawanan: Puisi ini mempromosikan gagasan mogok sebagai bentuk perlawanan yang efektif terhadap penindasan. Penyair menggambarkan bagaimana mogok kerja dapat membuat kapitalis kelabakan dan menyebabkan gangguan dalam produksi.

Dampak Mogok: Puisi ini menjelaskan dampak yang akan terjadi jika buruh bersatu untuk mogok selama satu hari. Penyair menyatakan bahwa kapitalis akan terpengaruh secara ekonomi karena produksi akan terhenti, dan masyarakat secara umum juga akan merasakan konsekuensinya, seperti anak-anak yang tidak bisa pergi sekolah dan lapangan terbang yang lumpuh.

Pemanggilan untuk Tindakan: Dengan menggunakan kata-kata seperti "Sehari saja kawan," penyair memanggil pembaca untuk bertindak. Puisi ini merupakan ajakan untuk buruh dan pekerja untuk bersatu, mogok kerja, dan melawan penindasan yang mereka alami.

Puisi "Sehari Saja Kawan" karya Wiji Thukul adalah sebuah pesan penting tentang persatuan, solidaritas, dan perlawanan terhadap penindasan. Puisi ini mendorong pembaca untuk menyadari potensi kekuatan kolektif dan untuk bersatu dalam perjuangan melawan ketidakadilan.

Wiji Thukul
Puisi: Sehari Saja Kawan
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.