Puisi: Kuterima Kabar dari Kampung (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Kuterima Kabar dari Kampung" karya Wiji Thukul mengajak kita untuk merenungkan pentingnya berbicara terbuka, berpikir kritis, dan ....
Kuterima Kabar dari Kampung


kuterima kabar dari kampung
rumahku kalian geledah
buku-bukuku kalian jarah

tapi aku ucapkan banyak terima kasih
karena kalian telah memperkenalkan sendiri
pada anak-anakku
kalian telah mengajari anak-anakku
membentuk makna kata penindasan
sejak dini

ini tak diajarkan di sekolahan
tapi rejim sekarang ini
memperkenalkan kepada semua kita
setiap hari di mana-mana
sambil nenteng-nenteng senapan

kekejaman kalian
adalah buku pelajaran
yang tak pernah ditulis!


Indonesia, 11 Agustus 1996

Sumber: Nyanyian Akar Rumput (2014)

Analisis Puisi:
Puisi "Kuterima Kabar dari Kampung" karya Wiji Thukul menggambarkan bagaimana pengalaman penindasan dan represi pemerintah dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi masyarakat.

Kabar dari Kampung: Puisi ini dimulai dengan pengumuman penyair bahwa ia telah menerima kabar dari kampung halamannya. Ini mengindikasikan bahwa puisi ini adalah tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi di kampung halamannya, termasuk tindakan represif oleh pemerintah.

Geledah dan Jarah: Pemerintah melakukan penggeledahan di rumah penyair dan merampas buku-bukunya. Ini adalah tindakan represif yang sering dilakukan oleh rezim otoriter untuk mengendalikan opini dan pemikiran masyarakat.

Terima Kasih atas Pembelajaran: Penyair menyampaikan terima kasih kepada pemerintah karena tindakan mereka telah memberikan pengajaran kepada anak-anaknya. Ini mencerminkan ironi, karena tindakan represif pemerintah sebenarnya telah mengajarkan anak-anak tentang konsep penindasan sejak dini.

Pengajaran yang Tidak Diajarkan di Sekolah: Penyair mengklaim bahwa pengalaman penindasan yang mereka alami tidak diajarkan di sekolah. Hal ini menggambarkan ketidakadilan dalam pendidikan dan penekanan atas kebebasan berbicara dan berpikir.

Kekejaman Sebagai Buku Pelajaran: Puisi ini mengakhiri dengan menggambarkan kekejaman pemerintah sebagai "buku pelajaran yang tak pernah ditulis." Ini adalah pernyataan kuat tentang bagaimana tindakan pemerintah yang kejam dan represif sebenarnya menjadi pelajaran bagi masyarakat tentang pentingnya perlawanan dan penentangan terhadap ketidakadilan.

Puisi "Kuterima Kabar dari Kampung" karya Wiji Thukul adalah kritik terhadap tindakan represif pemerintah dan bagaimana pengalaman penindasan dapat menjadi pembelajaran tentang ketidakadilan. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya berbicara terbuka, berpikir kritis, dan melawan ketidakadilan dalam masyarakat.

Wiji Thukul
Puisi: Kuterima Kabar dari Kampung
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.