Puisi: Sajak Tiga Bait (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Sajak Tiga Bait" karya Wiji Thukul menggambarkan perasaan gelisah, panggilan pulang, dan rindu yang mendalam.
Sajak Tiga Bait
(Kepada: Kun)

yang gelisah mengajakku pulang
aku tahu aku tak sendirian
sesenyap apa di mana pun

ada yang mengajak berhenti ketika lari
ada yang mengajak bicara ketika diam
ada yang mengajak terbahak ketika bungkam
ada yang mengajak jaga ketika tidur
aku tak tahu siapa namamu

yang mengajakku pulang
dengan suara rindu bapa pada anaknya
yang membuatku tersedu
di tengah jalan yang panjang dan remang.

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Tiga Bait" karya Wiji Thukul adalah karya sastra yang menghadirkan suatu pesan dan perasaan yang mendalam melalui tiga bait sederhana. Puisi ini membahas rasa rindu, panggilan pulang, dan kehadiran yang tidak terlihat.

Rasa Gelisah dan Panggilan Pulang: Puisi ini dimulai dengan pernyataan bahwa "yang gelisah mengajakku pulang." Kata "gelisah" di sini mungkin mengacu pada kekhawatiran, ketidaknyamanan, atau ketidakpuasan dengan situasi saat ini. Penyair merasa dipanggil untuk pulang, dan ini bisa diartikan sebagai panggilan untuk kembali ke akar-akarnya, ke tempat yang mungkin dianggap sebagai rumah atau tempat yang lebih baik.

Ketidaknyamanan Dalam Keadaan Saat Ini: Penyair menyatakan bahwa dia "tahu aku tak sendirian" dan merasakan kehadiran yang tak terlihat di sekelilingnya. Ini bisa mencerminkan perasaan kesepian atau kebutuhan akan dukungan sosial. Dia mungkin merasa terisolasi atau tidak merasa nyaman dengan keadaan saat ini dan merindukan kehangatan dan koneksi dengan orang lain.

Kehadiran yang Tak Terlihat: Puisi ini menyampaikan gagasan bahwa ada yang "mengajakku berhenti ketika lari," "mengajak bicara ketika diam," dan sebagainya. Ini bisa diartikan sebagai pengertian bahwa kehadiran yang tak terlihat, seperti kenangan, perasaan, atau nilai-nilai dalam hidup, selalu bersama kita dan memengaruhi tindakan dan reaksi kita. Kehadiran ini bisa berasal dari masa lalu, orang yang dicintai, atau nilai-nilai yang diyakini penyair.

Rindu dan Nostalgia: Pada bait terakhir, penyair menciptakan gambaran rindu yang mendalam dengan perbandingan "suara rindu bapa pada anaknya." Ini menggambarkan panggilan yang penuh kasih dan keinginan untuk kembali ke rumah atau ke akar-akarnya. Rasa rindu ini mungkin tidak hanya terkait dengan tempat fisik, tetapi juga dengan perasaan aman dan kasih sayang yang disediakan oleh "bapa."

Perasaan Tersedu: Penyair menyatakan bahwa dia "tersedu" di tengah jalan yang panjang dan remang. Ini adalah ekspresi emosi yang kuat dan menggambarkan perasaan yang tiba-tiba dan mendalam. Mungkin dia tersentuh oleh panggilan pulang dan rasa rindu yang dirasakannya.

Secara keseluruhan, puisi "Sajak Tiga Bait" oleh Wiji Thukul adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan gelisah, panggilan pulang, dan rindu yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehadiran yang tak terlihat dalam hidup dan pentingnya menghargai akar-akar dan nilai-nilai yang memberi makna pada kita. 
Puisi: Sajak Tiga Bait
Puisi: Sajak Tiga Bait
Karya: Wiji Thukul


Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.