Puisi: Simpang Kenangan (Karya A. Munandar)

Puisi "Simpang Kenangan" karya A. Munandar menggambarkan perasaan rindu, kehilangan, dan kebingungan seseorang terhadap kenangan yang telah berubah.
Simpang Kenangan

Melambung angkuh menelusuri rindu, tempat bernaungnya, juga alasan berseminya. Hanya dua telaga benci, mata air cinta dari petang pedas kala itu. Begitu yang aku tahu, sedari melayang mimpi.

Ai, mungkin hanya bongkahan fiksi, rangkaian panjang yang tak mudah diteliti. Sepanjang detik aku terpaku, padamu, manusia lain hanya ilusi.

Sayang, sekarang tempatnya sudah jauh berubah, aromanya sudah tak lagi sama. Berdua aku dengan diriku. Duduk. Semacam bom waktu, siapa menyentuh, aku siap meledak.

Dunia terlalu luas untukku, sampai bahkan, aku tak bisa menemukanmu di sini.
2017

Analisis Puisi:
Puisi "Simpang Kenangan" karya A. Munandar adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan rindu, kehilangan, dan kebingungan seseorang terhadap kenangan yang telah berubah. Puisi ini menciptakan nuansa nostalgia yang kuat dan menggugah emosi pembaca dengan baik.

Rindu dan Kenangan: Puisi ini mencerminkan perasaan rindu yang mendalam terhadap sesuatu atau seseorang yang telah menjadi bagian dari masa lalu penyair. Kata-kata seperti "melambung angkuh menelusuri rindu" menunjukkan betapa kuatnya rasa rindu tersebut. Kenangan ini merupakan titik pusat puisi dan menjadi elemen yang kuat dalam perasaan penyair.

Perubahan dalam Kenangan: Penyair menyadari bahwa tempat dan situasi kenangan tersebut telah berubah. Kata-kata "sekarang tempatnya sudah jauh berubah, aromanya sudah tak lagi sama" menciptakan nuansa perubahan yang melankolis dalam kenangan tersebut. Ini mencerminkan realitas bahwa kenangan bisa menjadi samar atau berubah seiring berjalannya waktu.

Ketidakpastian: Puisi ini mengungkapkan ketidakpastian dalam menafsirkan kenangan dan kehadiran seseorang dalam hidup penyair. Kata-kata "sepanjang detik aku terpaku, padamu, manusia lain hanya ilusi" menciptakan perasaan bingung dan ketidakjelasan.

Metafora Bom Waktu: Penyair menggunakan metafora bom waktu untuk menggambarkan perasaan yang menekan dan meledak. Ini dapat menggambarkan betapa kuatnya perasaan penyair terhadap kenangan dan betapa sulitnya mengekspresikannya.

Keterasingan: Puisi ini juga menggambarkan perasaan keterasingan penyair dalam dunia yang terlalu luas. Penyair merasa hilang dalam kerumitan dunia dan tidak bisa menemukan apa yang dicarinya.

Gaya Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat untuk menggambarkan perasaannya. Pilihan kata-kata seperti "melambung angkuh," "bom waktu," dan "ilusi" membantu membangun atmosfer emosional yang intens.

Puisi "Simpang Kenangan" adalah contoh yang baik dari bagaimana puisi dapat mengungkapkan perasaan kompleks dan membangkitkan emosi pada pembacanya. Itu menciptakan gambaran kuat tentang rindu dan perubahan dalam kenangan, serta perasaan ketidakpastian dan keterasingan dalam dunia yang terus berubah.

A. Munandar
Puisi: Simpang Kenangan
Karya: A. Munandar
© Sepenuhnya. All rights reserved.