Puisi: Jimat Sekti (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Jimat Sekti" karya Wiji Thukul menggambarkan pertarungan gender dan peran tradisi dalam masyarakat.
Jimat Sekti


Wong lanang kudu menang
wong wedhok kudu ngalah
wong lanang ngekep jagad
wong wedok ra kena mbantah
wong lanang kena saba sakdalandalan
wong wedok wis mesthine ning
ngumah
wong lanang bedhigasan ora nggenah
wong wedok ora wani obah

Wong lanang kuwi pancen ngglathak
licik lucu lan mamak
karepe wong wedok mung dikon
mlumah ngglethak
yen gregah-gregah arep tangi
gage-gage diagar-agari jimat sakti
sing jenenge norma adat tradisi


Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Jimat Sekti" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya yang menggambarkan pertarungan gender dan peran tradisi dalam masyarakat.

Konflik Gender: Puisi ini menggambarkan konflik gender di dalam masyarakat, di mana "wong lanang" (pria) dan "wong wedhok" (wanita) diharapkan untuk mematuhi peran dan norma budaya yang sudah ada. Kontrasnya, puisi ini juga menciptakan suasana humor dengan menunjukkan bahwa "wong lanang kuwi pancen ngglathak" (pria suka bermain-main), sedangkan "wong wedok mung dikon mlumah ngglethak" (wanita hanya bisa memarahi).

Perlawanan terhadap Norma: Meskipun puisi ini mengekspos konflik gender dan peran yang diharapkan dari masing-masing jenis kelamin, itu juga mencerminkan ketidakpuasan terhadap norma budaya yang mengatur peran pria dan wanita. "Wong lanang kena saba sakdalandalan" (pria harus menggenggam dunia) menunjukkan tekanan yang diberikan kepada pria untuk menjadi penentu dan pemegang kekuasaan, sementara "wong wedok ora wani obah" (wanita tidak berani berubah) menunjukkan pembatasan yang diberlakukan pada wanita.

Pertarungan dan Kekuatan Jimat: Puisi ini juga menggambarkan pertarungan antara pria dan wanita, yang seringkali terjadi dalam dinamika gender. Referensi terhadap "jimat sakti" menunjukkan bahwa dalam budaya tradisional, mungkin ada upaya untuk menggunakan kekuatan mistis atau norma-norma budaya untuk mempertahankan status quo atau hierarki gender yang ada.

Pemberontakan Terhadap Norma: Meskipun puisi ini menciptakan gambaran tentang peran gender yang diharapkan, bisa jadi itu juga berfungsi sebagai kritik terhadap norma-norma ini. Penggunaan humor dalam puisi mungkin mengindikasikan bahwa penyair menganggap norma-norma tersebut sebagai sesuatu yang tidak harus diikuti secara kaku.

Puisi "Jimat Sekti" oleh Wiji Thukul adalah sebuah karya yang menciptakan gambaran tentang konflik gender dan peran tradisional dalam masyarakat. Puisi ini mungkin mencoba untuk menggambarkan norma-norma yang ada dengan nada humor, sementara juga memberikan pesan bahwa norma-norma tersebut mungkin perlu diperiksa kembali.

Wiji Thukul
Puisi: Jimat Sekti
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.