Puisi: Ciliwung (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Ciliwung" karya W.S. Rendra bukan hanya sekadar deskripsi tentang sungai, tetapi juga merupakan refleksi mendalam tentang hubungan manusia ...
Ciliwung

Ciliwung kurengkuh dalam nyanyi
kerna punya coklat kali Solo.
Mama yang bermukim dalam cinta
dan berulang kusebut dalam sajak
wajahnya tipis terapung
dalam jati yang tembaha.
Hanyutlah mantra-mantra dari dukun
hati menemu segala yang hilang.

Keharuan adalah tonggak setiap ujung
dan air tertumpah dari mata-mata di langit.
Kali coklat menggeliat dan menggeliat.
Wajahnya penuh lingkaran-lingkaran bunda!

Katakanlah dari hulu mana
mengalir wajah-wajah gadis
rumah tua di tanah ibu
ketapang yang kembang, kembang jambu berbulu
dan bibir kekasih yang kukunyah dulu.

Katakanlah, Paman Doblang, katakanlah
dari hulu mana mereka datang:
manisnya madu, manisnya kenang,
Dan pada hati punya biru bunga telang
pulanglah segala yang hilang.

Sumber: Empat Kumpulan Sajak (1961)

Analisis Puisi:
Puisi "Ciliwung" karya W.S. Rendra menghadirkan sebuah lukisan indah tentang sungai Ciliwung yang melambangkan kehidupan, keberagaman, dan keindahan alam. Melalui penggambaran sungai dan elemen-elemen alam lainnya, Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam dan kearifan lokal.

Personifikasi Sungai Ciliwung: Rendra memberikan atribut manusiawi kepada sungai Ciliwung dengan menggambarkannya sedang "bernyanyi" dan "menggeliat". Ini menghadirkan gambaran tentang sungai yang hidup, dinamis, dan penuh dengan kehidupan. Sungai Ciliwung bukan sekadar aliran air, tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan dan budaya masyarakat sekitarnya.

Simbolisme dan Metafora: Sungai Ciliwung dalam puisi ini menjadi simbol kehidupan dan perjalanan. Melalui sungai ini, Rendra memperlihatkan kehidupan manusia yang terhubung erat dengan alam. Metafora wajah dan cita rasa alamiah sungai juga menggambarkan kekayaan budaya dan warisan tradisional yang terkandung di dalamnya.

Keterkaitan Manusia dan Alam: Puisi ini mencerminkan keterkaitan yang erat antara manusia dan alam. Pembicaraan tentang "mama yang bermukim dalam cinta" dan "rumah tua di tanah ibu" menyoroti hubungan yang intim antara manusia dan lingkungannya. Sungai Ciliwung di sini bukan hanya sebagai objek alam, tetapi juga bagian dari identitas budaya dan emosi manusia.

Keindahan dan Keagungan Alam: Rendra mengekspresikan keindahan dan keagungan alam melalui gambaran sungai, pohon, dan elemen alam lainnya. Penggunaan bahasa yang metaforis dan deskripsi yang indah memperkuat kesan keelokan alam yang memukau dan memberikan daya tarik tersendiri bagi pembaca.

Kritik dan Nostalgia: Meskipun memperlihatkan keindahan alam, puisi ini juga menyiratkan kritik terhadap perubahan lingkungan dan kehilangan identitas budaya. Rendra merindukan masa lalu yang penuh dengan kenangan manis, kesederhanaan, dan keindahan alam yang kini mulai memudar.

Dengan demikian, puisi "Ciliwung" karya W.S. Rendra bukan hanya sekadar deskripsi tentang sungai, tetapi juga merupakan refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai keindahan alam, mewarisi kearifan lokal, dan merenungkan peran manusia dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Ciliwung
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.