Puisi: Ranjang Bulan, Ranjang Pengantin (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Ranjang Bulan, Ranjang Pengantin" karya W.S. Rendra menggambarkan perjalanan hidup dan pernikahan dalam berbagai lapisan makna.
Ranjang Bulan, Ranjang Pengantin


Ranjang bulan, ranjang pengantin
langit biru lazuardi
ditumpu tangan-tangan leluhur
Anjing tanah menggelepar
memekikkan birahi kepayang.

Ranjang bulan, ranjang penganti
perahu jung seratus layer
dipangku lautan tertidur.
Gugur bintang satu-satu
mengantuk kena berkhayal.

Ranjang bulan, ranjang pengantin
kerajaan mambang dan siluman
diasapi dupa memabukkan.
Terkapar mimpi satu-satu
terbanting di atas batu ujian.

Ranjang bulan, ranjang pengantin
bumi keras kehidupan
diwarnai semangat dan harapan.
Ladang digarap dikerjakan
bibir ditanam disuburkan.

Ranjang bulan, ranjang pengantin.
Ranjang porselin.
Ranjang gading
Ranjang Pualam.

Ranjang batu.
Ranjang angin
Dan ranjang aspal jalanan.
Sepasang pengantin ditelan kehidupan.
Mata ke depan dan tangan bergandengan.


Sumber: Empat Kumpulan Sajak (1961)

Analisis Puisi:
Puisi "Ranjang Bulan, Ranjang Pengantin" karya W.S. Rendra adalah karya yang sarat dengan simbolisme dan gambaran-gambaran imajinatif. Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup dan pernikahan dalam berbagai lapisan makna.

Simbolisme Ranjang Bulan dan Ranjang Pengantin: Ranjang bulan dan ranjang pengantin dalam puisi ini memiliki makna yang lebih dalam. Ranjang bulan mewakili awal perjalanan hidup, dengan langit biru lazuardi yang melambangkan kebebasan dan semangat. Ranjang pengantin menciptakan gambaran pernikahan, dimana perahu jung seratus layer dan lautan tertidur menggambarkan perjalanan hidup yang penuh liku-liku dan hikmat.

Kontras Alam dan Keberadaan Manusia: Puisi ini memperlihatkan kontras antara gambaran alam (seperti langit biru, lautan, dan bintang) dengan perjalanan hidup manusia. Alam diibaratkan sebagai lautan yang tertidur dan langit lazuardi, menciptakan suasana tenang dan harmoni. Namun, manusia dihadapkan pada perjalanan hidup yang penuh tantangan, ujian, dan kehidupan keras.

Simbolisme Bintang dan Mimpi: Gugurnya bintang satu-satu di puisi ini menggambarkan proses kehilangan dan perubahan dalam hidup. Bintang-bintang yang gugur menciptakan suasana berkhayal dan melambangkan harapan yang terkubur dalam mimpi. Mimpi dalam puisi ini dapat diartikan sebagai harapan dan aspirasi yang mungkin tidak selalu tercapai.

Simbolisme Kerajaan Mambang dan Siluman: Kerajaan mambang dan siluman menciptakan citra magis dan mistis. Dupanya yang memabukkan menggambarkan pengaruh kekuatan-kekuatan gaib dalam hidup manusia. Ini dapat diartikan sebagai representasi dari tantangan-tantangan dan godaan-godaan dalam kehidupan yang mencoba menghancurkan semangat dan harapan.

Kontras Ranjang Batu, Angin, dan Aspal: Pada bagian akhir puisi, penyair menunjukkan kontras antara gambaran ranjang bulan dan ranjang pengantin dengan ranjang batu, angin, dan aspal jalanan. Ini menggambarkan perjalanan hidup yang mencakup berbagai lapisan pengalaman. Sepasang pengantin dalam puisi ini melambangkan manusia yang melewati perjalanan hidup dengan tangan bergandengan, menghadapi tantangan dengan bersatu dan penuh semangat.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Ranjang Bulan, Ranjang Pengantin
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.