Puisi: Kesaksian Tahun 1967 (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Kesaksian Tahun 1967" karya W.S. Rendra adalah sebuah puisi yang kaya makna dan simbolisme. Melalui gaya bahasa yang kuat, puisi ini ....
Kesaksian Tahun 1967

Dunia yang akan kita bina adalah dunia baja
kaca dan tambang-tambang yang menderu.
Bumi bakal tidak lagi perawan,
tergarap dan terbuka
sebagai lonte yang merdeka.
Mimpi yang kita kejar, mimpi platina berkilatan.
Dunia yang kita injak, dunia kemelaratan.
Keadaan yang menyekap kita, rahang serigala yang menganga.

Nasib kita melayang seperti awan.
Menantang dan menertawakan kita,
menjadi kabut dalam tidur malam,
menjadi surya dalam kerja siangnya.
Kita akan mati dalam teka-teki nasib ini
dengan tangan-tangan yang angkuh dan terkepal
Tangan-tangan yang memberontak dan bekerja.
Tangan-tangan yang mengoyak sampul keramat
dan membuka lipatan surat suci
yang tulisannya ruwet tak bisa dibaca.

Sumber: Blues untuk Bonnie (1971)

Analisis Puisi:
Puisi "Kesaksian Tahun 1967" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan makna dan makna tersembunyi. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan dunia yang dihadapi oleh masyarakat pada tahun 1967 dengan gaya bahasa yang kuat dan simbolisme yang mendalam. Dalam analisis ini, kita akan membahas pesan, tema, dan gaya bahasa yang terkandung dalam puisi ini.

Makna Kemajuan dan Kerusakan: Puisi ini membicarakan tentang dunia modern yang dibangun dengan bahan-bahan industri seperti "dunia baja, kaca, dan tambang-tambang yang menderu." Hal ini mencerminkan ambisi manusia untuk mencapai kemajuan teknologi dan industri, tetapi juga menyiratkan dampak buruk yang mungkin timbul akibat eksploitasi sumber daya alam dan urbanisasi.

Metafora Bumi yang "Tidak Lagi Perawan": Metafora "Bumi bakal tidak lagi perawan" menyindir perubahan lingkungan akibat pembangunan dan eksploitasi manusia terhadap alam. Bumi yang semula suci dan alami kini digambarkan telah dirusak dan terbuka, seperti "sebagai lonte yang merdeka," mengacu pada pengeksploitasian tanpa batas dan tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Ambisi dan Kemelaratan: Puisi ini menyajikan kontras antara ambisi untuk mencapai mimpi-mimpi yang cemerlang, seperti "mimpi platina berkilatan," dan realitas kemelaratan yang dihadapi oleh masyarakat, yakni "dunia kemelaratan." Kontras ini menunjukkan ketidakseimbangan sosial dan ekonomi yang mungkin terjadi dalam masyarakat pada saat itu.

Perjuangan dan Kekuatan: Penyair menggambarkan perjuangan melawan kondisi sulit dalam "keadaan yang menyekap kita, rahang serigala yang menganga." Hal ini mencerminkan tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan. Meskipun demikian, masyarakat juga menunjukkan kekuatan melalui kerja keras dan perlawanan, seperti "tangan-tangan yang memberontak dan bekerja."

Gaya Bahasa dan Simbolisme: Gaya bahasa dalam puisi ini sangat kuat dan penuh imaji. Penggunaan metafora seperti "dunia baja," "tangan-tangan yang angkuh dan terkepal," serta "lipatan surat suci yang tulisannya ruwet tak bisa dibaca" memberikan sentuhan simbolik yang menggambarkan suasana sosial dan politik pada tahun 1967. Simbolisme awan, kabut, dan surya juga digunakan untuk mencitrakan perubahan dan ketidakpastian dalam kondisi hidup.

Puisi "Kesaksian Tahun 1967" karya W.S. Rendra adalah sebuah puisi yang kaya makna dan simbolisme. Melalui gaya bahasa yang kuat, puisi ini menggambarkan perjuangan dan kemelaratan dalam dunia yang dipenuhi ambisi untuk mencapai kemajuan. Metafora dan simbolisme yang digunakan oleh penyair berhasil menyampaikan pesan mengenai perubahan sosial dan lingkungan pada masa itu. Puisi ini menjadi cerminan kritis terhadap realitas sosial dan politik di era tersebut dan mengajak pembaca untuk merenungkan tentang nilai-nilai manusia dalam menghadapi perubahan dan tantangan di dunia yang semakin maju.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Kesaksian Tahun 1967
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.