Puisi: Ketika Sebagai Kakek di Tahun 2040 (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Ketika Sebagai Kakek di Tahun 2040" karya Taufiq Ismail menciptakan gambaran masa depan yang mengajukan pertanyaan kepada generasi mendatang.
Ketika Sebagai Kakek di Tahun 2040,
Kau Menjawab Pertanyaan Cucumu


Cucu kau tahu, kau menginap di DPR bulan Mei itu
Bersama beberapa ribu kawanmu
Marah, serak berteriak dan mengepalkan tinju
Bersama‐sama membuka sejarah halaman satu
Lalu mengguratkan baris pertama bab yang baru
Seraya mencat spanduk dengan teks yang seru
Terpicu oleh kawan‐kawan yang ditembus peluru
Dikejar masuk kampus, terguling di tanah berdebu
Dihajar dusta dan fakta dalam berita selalu
Sampai kini sejak kau lahir dahulu
Inilah pengakuan generasi kami, katamu
Hasil penataan dan penataran yang kaku
Pandangan berbeda tak pernah diaku
Daun‐daun hijau dan langit biru, katamu
Daun‐daun kuning dan langit kuning, kata orang‐orang itu
Kekayaan alam untuk bangsaku, katamu
Kekayaan alam untuk nafsuku, kata orang‐orang itu
Karena tak mau nasib rakyat selalu jadi mata dadu
Yang diguncang‐guncang genggaman orang‐orang itu
Dan nomor yang keluar telah ditentukan lebih dulu
Maka kami bergeraklah kini, katamu
Berjalan kaki, berdiri di atap bis yang melaju
Kemeja basah keringat, ujian semester lupakan dulu
Memasang ikat kepala, mengibar‐ngibarkan benderamu
Tanpa ada pimpinan di puncak struktur yang satu
Tanpa dukungan jelas dari yang memegang bedil itu
Sudahlah, ayo kita bergerak saja dulu
Kita percayakan nasib pada Yang Satu Itu.


1998

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998)

Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Sebagai Kakek di Tahun 2040, Kau Menjawab Pertanyaan Cucumu" karya Taufiq Ismail menciptakan gambaran masa depan yang mengajukan pertanyaan kepada generasi mendatang. Dalam puisi ini, Taufiq Ismail menggambarkan perjuangan dan aspirasi generasi saat ini, sekaligus merenungkan nasib bangsa di masa yang akan datang.

Latar Belakang dan Konteks Sejarah: Puisi ini dibuka dengan kenangan tentang peristiwa di DPR bulan Mei, menciptakan latar belakang perjuangan dan semangat mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi mereka. Sejarah ini menjadi landasan bagi pertanyaan yang diajukan cucu di masa depan.

Gambaran Perjuangan dan Kekuasaan: Puisi menggambarkan gambaran perjuangan generasi sekarang melawan kekuasaan yang dianggap tidak adil. Serangkaian peristiwa mulai dari demonstrasi hingga pengakuan hasil penataan politik menjadi latar belakang bagaimana generasi saat ini bergerak dan berjuang untuk kebenaran.

Perbandingan Pandangan Dunia: Dalam bait-bait selanjutnya, Taufiq Ismail menyajikan perbandingan pandangan dunia antara generasi sekarang dengan generasi sebelumnya. Perbedaan persepsi terhadap alam dan kekayaan alam menjadi sorotan, menunjukkan konflik nilai antar-generasi.

Tema Kekuasaan dan Perubahan: Puisi merangkum tema utama tentang kekuasaan dan perubahan. Kritik terhadap penguasa dan sistem politik saat ini disampaikan dengan nada pengharapan bahwa generasi mendatang akan melanjutkan perjuangan ini. Pilihan untuk "bergerak dan percaya kepada Yang Satu Itu" mencerminkan harapan akan perubahan yang lebih baik.

Penggambaran Fisik dan Emosional Perjuangan: Taufiq Ismail menggambarkan perjuangan fisik dan emosional generasi saat itu, dari berteriak di DPR hingga bergerak tanpa dukungan yang jelas. Gambaran ini menciptakan gambaran nyata tentang keteguhan hati dan semangat yang tidak goyah meskipun dihadapi ketidakpastian.

Gaya Bahasa dan Imaji: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang kuat dan imaji yang kaya. Metafora seperti "kemeja basah keringat" dan "ujian semester dilupakan dulu" menciptakan gambaran hidup mahasiswa yang bergelut dalam perjuangan.

Tantangan dan Harapan: Dengan mengakhiri puisi dengan ajakan untuk "bergerak dan percaya kepada Yang Satu Itu," Taufiq Ismail menggarisbawahi tantangan dan harapan bahwa perubahan positif bisa dicapai jika generasi mendatang mampu memegang teguh nilai-nilai perjuangan.

Puisi ini tidak hanya menyampaikan cerita perjuangan generasi saat ini, tetapi juga memberikan tanggung jawab kepada generasi mendatang untuk melanjutkan perjuangan dan mewarisi semangat perubahan. Dengan demikian, "Ketika Sebagai Kakek di Tahun 2040" menjadi karya yang mengingatkan akan pentingnya memahami dan menghargai perjalanan sejarah, serta menjunjung tinggi semangat untuk perubahan yang lebih baik.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Ketika Sebagai Kakek di Tahun 2040
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.